Bismillaah
Kulihat, kaca jendela mulai berembun. Bulirannya mirip butiran air yang menempel di seluruh kulit pir dalam kulkas. Aku pernah melihatnya di rumah Eyang. Eyang suka menyimpan buah di kulkas. Kata Papa, itu karena di Yogyakarta suhu udaranya panas, jadi buah-buahan akan menjadi lebih segar jika di simpan di dalam kulkas. Termasuk pir. Okeee, siiipooo! Dan, aku mulai memperhatikan ... Mengapa setiap aku terjaga pada malam hari, kaca jendela kamarku selalu berembun?
Aku membuat kesimpulan:
Karena udara yang berbeda pada saat siang dan malam hari (yang kutulis ini, tentang musim panas)
Haha. Aku tidak pernah lelah meneliti apa pun di dunia ini. Jadi, kutanyakan saja pada Papa, beberapa saat yang lalu. Malam Sabtu. Jadwalnya Papa menemaniku tidur. Besok malam juga. Yippieee! Aku suka sekali, cinta banget ditemani Papa. Ummm, Papa, orangnya asyik diajak sharing dan diskusi. Papa, juga tidak keberatan menemaniku mengobrol saat aku terbangun di tengah malam seperti ini. Ummm, waktu aku turun dari tempat tidur tadi, Papa masih tidur. Terus, saat aku menyingkap gorden jendela, Papa terbangun. "Little Angel, wake up?"
"Yaaa, Papa. Dan Okino cinta banget sama embun di kaca," kataku. "Lihat, Papa. Seperti kulit pir di kulkas Eyang," tambahku, excited. Hihi. Segera kuambil Salju (kalian ingat kan ini nama Diary Kesayanganku?) Dan pinsil. PENELITI OKINOHARA harus menuliskan hasil penelitiannya. Cieeeh!
"Oke, Mata Air Surga. So? Bagaimana?" Papa mendekatiku.
"Kikj eerts, Papa. Benar tidak?" Tanyaku, sembari menunjukkan halaman yang kugambari jendela kaca lengkap dengan gordennya yang bercorak Teletubbies dan sebuah pir kecil di atas piring buah kecil. Ada garpu juga ....
"Stunning! Ya, Little Angel. Perbedaan udara. Bukan perbedaan sebenarnya, Honey. Tetapi perubahan. Dari panas menjadi dingin." Ungkap Papa dengan wajah serius.
Aha! Alhamdulillaah, aku senaaang! Aku jadi tahu. Mengerti. Segera kuminta Salju yang masih diperhatikan Papa. Kuperbaiki kesimpulanku dan menuliskannya dengan huruf besar semua:
PERUBAHAN UDARA
Aku tidak mencoret kesimpulanku yang semula. Biarlah itu menjadi pijakan pengetahuanku.
"Peneliti Kecil, lihat!" Kata Papa mengejutkanku, "Ada nama kita di jendela kaca. Papa dan Okinohara," imbuhnya dengan wajah berseri. Aaah, Papa. Terima kasiiih.
Aku memang baru lima tahun waktu itu. Tapi aku suka belajar. Sukaaa. Tanpa ada yang memaksa atau meminta.
Belum ada tanggapan untuk "Papa Dan Aku, Pada Suatu Malam"
Posting Komentar