Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

Bismillaah

---Namanya, Puri Sekar Kedaton---

Tsun berujud di lantai marmer berwarna kopi susu rumah mewah itu dengan air mata melinang damai. Syukur dan bahagia mendekap kalbunya dengan begitu bersahaja. Isak tangisnya mendayu-dayu syahdu, merdu, bak nyanyian romansa. Mengalun indah. Bak syair yang dibacakan pujangga, menelusupkan cinta ke dalam setiap pori di hatinya.

Bagaimana tidak? Baru saja, dikhitbahnya Puri. Akhwat Indoland sekaligus Hafidzah yang selama ini dikenalya di dunia maya. Sebelum malam ini tadi, sekali pun mereka belum pernah bertemu. Belum pernah sama sekali. Mereka, baik Tsun maupun Puri berdiam diri di posisinya masing-masing. Mereka sama-sama memahami, Allaah telah menggariskan jodoh-Nya bagi setiap hamba. Jadi, tidak perlu ada yang dirisaukan, apalagi jika harus melakukan hal-hal yang melanggar aturan Allah. Tidak, tidak! Mereka, mencintai Allaah dengan kecintaan hakiki yang setinggi-tingginya.

Mereka sama-sama memahami, menjaga 'Izzah adalah bukti kecintaan kepada Allaah. Jadi, sebelum Puri terbang ke Indonesia dari Belanda tiga hari yang lalu, dia mengirimkan pesan kepada Tsun melalui WA. Selama ini, mereka bertukar nomer HP dan PIN BBM dengan meniatkan untuk ta'aruf. Tetapi, mereka sangat membatasi diri masing-masing untuk mengobrol di sana. Dan, inilah pesan yang dirasa Tsun sebagai hujan salju di gurun pasir itu.

---

Assalamu'alaykum, Mas

Puri terbang dari Amsterdam besok pagi, pukul 08.00 Waktu Amsterdam. In syaa Allaah, akan sampai di Yogyakarta, Rabu pagi, pukul 07.00 WIB.

Jadi, Puri tunggu Mas di rumah, Kamis sore (Ba'da Ashar). Itu, jika Mas bersungguh-sungguh merealisir azzam Mas dan Puri untuk membangun Jannah Family.

Jazakallaahu khayra.

Wassalamu'alaykum, Mas

Puri

---

Maka, Tsun hadir memenuhi janjinya tadi sore bersama Bapak, mengkhitbah Calon Bidadari Surga-nya dengan sepenuh cinta. Sepenuh pengharapan akan setinggi-tingginya ridha Allaah.

"Saya ingin melihat Dik Puri," ucapnya gugup. Ini memang disunnakan Rasulullaah. Saling melihat untuk memantapkan hati dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diingankan. Intinya, jangan ada penyelasan di kemudian hari.

Mama membawa Puri ke ruang tamu. Derit kursi roda Puri menghadirkan nuansa berbeda. Ruangan menjadi senyap. Sunyi. Hanya suara air terjun buatan di kolam hias yang terdengar. Tsun berkaca-kaca, begitu juga dengan Bapak. Nyaris menetes air matanya. Hampir saja. Namun, seperti apa pun kondisi Puri takkan sedikit pun memperngaruhi azzamnya untuk mengkitbah dan menikah bersamanya.

"Bagaimana, Mas Tsun dan Bapak? Beginilah keadaan Gendhuk. Sebenarnya bukan kakinya yang bermasalah. Tetapi, jantungnya belum kuat jika tubuhnya harus beraktifitas seperti sebelum dioperasi. Kami tidak memaksa ...," kalimat Mama menggantung. Tangisnya merembes. Tak kuasa melanjutkan kata-kata.

"Bismillaah. Saya tetap pada pendirian saya, Mama. Dengan Asma Allaah, saya mengkhitbah Dik Puri." Tsun menyambung kalimat Mama yang terputus tadi itu.

Kini, Puri menunduk penuh syukur. Air matanya melantunkan dalamnya bahagia dan haru yang bertalu-talu menabuh kalbu.

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

Posting Komentar