Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung

sepasang-dayung.jpg

Bismillaah

"Ndhuk? Sudah ditunggu Tante Ratna. Quickly, Honey. Maaf, Mama nggak bisa mengantar. Ada meeting di ...," Mama berdiri tepat di depan pintu kamarku yang kini terbuka sempurna. What? Yaa Rabb, mohon, tumpulkanlah naluri Mama semenit saja. Setidaknya, sampai aku bisa membalikkan badan ke arah Mama dan tersenyum manis, seolah-olah tidak sedang menyembunyikan sesuatu. Pleae, Yaa Rabb. Ini, sulit.

Eng iya, Mama. Ummm, Oca sudah siap kok. Eng, tinggal pakek kaos kaki.

Jawabku dalam hati dan aku sadar, mulutku bungkam. Diam. Sedikit gemetar, sampai tungkaiku rasanya tidak menginjak lantai kamar.

"Honey? Ada apa? Apa yang Honey lakukan? Honey menyembunyikan apa?" Mama memberondongku dengan peluru-peluru pertanyaan yang mendebarkan. Hikaaa. Lakukan. Sembunyikan. Dua clue yang tepat sasaran. Duuuh, Rabb, mengapa menjadi sekacau ini sih? Duuuh, harusnya aku jujur saja sama Mama. Tentang bingkisan itu. Atau, seharusnya aku memang menyembunyikannya. Dengan alasan untuk belajar dewasa. Misalnya. Atau, aku harus segera melesat ke luar kamar, dengan menggunakan jurus menyambar kaos kaki dan tas secepat kilat. Wuuusss! Memakai kaso kaki di mobilnya Tante Ratna. Dan, fiiiuuuh! Kupastikan napasku longgar kembali.

Tapi, kalau Mama jadi curiga bagaimana? Ah, tidak! Aku harus menggunakan ilmu detektifku. Dan inilah Detektif Kecil Oca. "Yes, Mooom. Oca sedang marapikan Toys Box," ucapku tenang seolah tidak sedang menyimpan misteri di sana. Jibleh, sejak kapan aku menjadi selihai ini? Lihai berdusta maksudku. Yaa Rabb, ampuni dosa hamba-Mu ini. Ini darurat militer, Yaa Allaah.

"Oh, oke, Honey. Lain kali jangan buat Mama jadi khawatir dong," ucap Mama dengan intonasi yang sangat menyenangkan. Lembut dan keibuan.

Aku memang kadang janggal! Kulemparkan senyum manis ke arah Mama, semanis-manisnya dan segera memakai kaos kaki. Mengambil tas, mencium punggung tangan Mama dengan sesantun mungkin, meski sesungguhnya aku baru saja mendustainya. Hikaaa. Mama mengecup kening dan mengusap kepalaku. Sepenuh cinta, seperti biasa.

Leeegaaa! Fiiiuuuh, terima kasih Yaa Allaah. Alhamdulillaah. ALHaMDULILLAAH. Alhamdulillaah. Iyeees, sukses. Sampai nanti malam bingkisan cantik. Oca les membatik dulu ya? See you!

"Hati-hati, Honey!" Suara Mama masih dari dalam kamarku. Segera kujawab dengan nada suara seringan mungkin. Eh, itu, Mama segera ke luar dari sana kan? Tidak tinggal di kamarku, kan? Aduuuh, jangan-jangan ....

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung"

Posting Komentar