Kelopak Mimpi

Bismillaah

Salju,

Mata ini sulit terpejam kembali. Mungkin, karena aku masih teringat terus akan X itu, Slaju. X, yang sampai detik ini menjelma hantu bergentayangan mengeroyokku dengan ilmu menggandakan dirinya. Eh, padahal, pada kenyataannya aku sama sekali tidak meyakini adanya hantu. Tapi, apa ya, ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa X itu benar-benar mengepung hari-hariku setelah itu.

Seolah, X itu benar-benar melekat kuat dalam benakku. Menempel. Ah! Itu sungguh menyiksaku, Salju. Benar-benar menyiksa!

X tersenyum manis dan gagah tepat di depan mataku, dan itu terjadi saat aku sedang mandi. Mau tahu? Aku gelagepan dan hampir saja tersedak, karena keran shower yang kusetting hard. Itu terjadi, sore harinya. Maksudku setelah itu. ITU. Kau tahu kan, Salju?

Sangat tidak enak, ketika X berulang-ulang mengatakan, "You're brilliant! And I think, I'll fall in love with you a long my life." Aku sampai mau muntah, karena itu terjadi saat aku mendengarkan Psikologi Terpadu di Mata Kuliah General Psychology. Aku celingukan. Memastikan X tidak ada di sana. Dan benar! Memang tidak ada. Jadi, apakah aku sudah mulai aneh? Kuusir bayangannya sekuat tenaga dan menelungkupkan wajah di meja. Itu tidak cukup membantu. Tawanya terdengar nyaring di telingaku. Oooh, sungguh, aku membutuhkan bantuan. Heeelp!

Lebih tidak enak lagi, aku malah terbengong-bengong pada saat Miss Angela memintaku mempresentasikan makalahku. Tepatnya, makalah yang harus kukerjakan sebagai tugas pengganti karena pekan kemarin aku tidak masuk. Note: Aku kontrol ke dokter. Kau tahu kan?

Yaaah, aku jengkel! Marah!

Tapi, untuk apa?

Kenapa?

Jengkel dengan siapa?

Marah dengan siapa?

Apakah harus?

Apakah itu solusi?

Aku menggeleng-geleng ... Salusinya adalah memasrahkan tentang X ini kepada Allaah. Pasrah. Berserah. Semoga Allaah berkenan menghapusnya dari benakku. Aamiin.

Thanks, Salju.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kelopak Mimpi"

Posting Komentar