Limun Dan Panekuk

Bismillaah

Hanya Allaah Yang Tahu, betapa diri ini merindui saat-saat indah bersamamu. Saat-saat yang kuuntai dalam syair dan kisah. Adapun dentang masa, ia menjelma pita merah, pengikat kuat setiap helai ....

Limun dan panekuk

Sepasang hal yang mengandung janin kembar cinta kala itu. Lihatlah, mereka bersemayam damai dalam rahim jiwa. Kurawat dan kujaga sepenuh hati, sekuat jiwa dan raga. Tiada jeda menghela. Tiada udara merenggangkan dekapanku untuk mereka.

"Minumlah, nanti keburu dingin. Kau sedang flu, kan?" Ucapmu penuh perhatian. Aku bergeming. Kupandangi langit cerah di wajahmu pun lengkungan manis di bibir merahmu. Merah alami yang merekahkan kasih.

"Hei, kenapa diam? Kau tak suka kubuatkan limun? Lalu, panekuknya bagaimana? Tanyamu sedikit cemberut. Entahlah, kali ini aku suka cemberutmu. Itu lucu. Menggemaskan! Sebab, kutahu itu hanya candamu yang terlahir tulus dari lubuk hatimu.

Kuseruput sedikit dan wajahmu memerah seketika. Cemberut itu? Kemana cemberutmu tadi? Terhapus kah oleh seruputanku ...? Aaah, kau baik sekali!

Jika di dunia ini, berlaku kata andai saja ... Akan kupinta kepada Rabb, untuk mengulurkan waktu-Nya. Memanjangkan umurku dan memberiku banyak kesempatan untuk bersamamu.

Bergandengan tangan. Menjalani hari demi hari. Meniti tangga ridha Rabb. Bersama.

Lalu, dosa kah aku? Kubayangkan, bersanding denganmu di pelaminan suci. Bersama waktu, mengarungi samudera hayat. Hingga tiba saat-Nya, di rahim sucimu, Allaah semayamkan Anak Cinta.

Maka, lahirlah dengan iman dan keberkahan melekat kuat di kalbunya. Anak Cinta.

Ah! Aku merasa sangat bodoh menuliskan ini. Tidak seharusnya. TIDAK SEHARUSNYA. Maafkan aku. Aku, aku hanya terlalu mencintaimu. Cinta ini besar. BEGITU besar.

Satu saja pintaku, berbahagialah! Kelak, jika kau menemukan cinta selainku ... Kenanglah aku, salju lembutmu pada pertengahan musim dingin. Hari yang ke tiga puluh satu.

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Limun Dan Panekuk"

Posting Komentar