Dear Sakura,

segenggam-maaf.jpg

Bismillaah

Ummm ... Sorry, Sakura. Jadi, aku harus bagaimana? Maksudku, sebelum menghadap Ustadz Furqan, apa yang harus kusiapkan? Jujur, mendadak hatiku menjadi gelisah. Sangat! Gelenyar itu merambati bagian terdalamnya. Nyata! Kau tahu? Detak jantungku meningkat sangat cepat. Lompatannya mirip pantulan bola bekel di lantai yang dipantulkan dari lantai dua sebuah bangunan. Wooow! Yuuuhuuu, aku mengerti. Ini debar hati yang sangat wajar. Sebab, aku akan menghadap seseorang yang katamu sangat penting dalam agamamu. Oh, agamau juga nanti. Islam.

Any way. Apakah aku harus berpakaian resmi seperti saat bersembahyang di Gereja? Atau, bagaimana? Maaf ya, aku jadi banyak bertanya seperti ini. Jujur, aku tidak ingin menghadap Beliau itu daalam keadaan tidak sopan. Oh ya, satu lagi yang ingin kutanyakan padamu. Kemarin waktu aku menanyakan apa yang harus kubawa, kau menjawab, "Hati dan keteguhan," begitu kan? Jadi, hanya itu? Ummm, maksudku, tidak ada yang lain? Akta Lahir mungkin? Atau persyaratan dan perlengkapan sipil lainnya? Aduh, maaf ya, Sakura. Aku benar-benar zero! Haha.

Oke, oke. Akan kubawa sepenuh cinta hati dan keteguhannya. Aku sudah memilih dan memutuskan untuk masuk Islam. Sakura, ingin sekali menuliskan nama Tuhan-mu itu. Siapa? Ummm, kulihat kau sering menuliskan ini: Rabb. Itu sama dengan God, bukan? Atau bagaimana? Oh, tentu berbeda ya? Karena berbeda itulah kita tidak berada dalam satu Agama.

Rabb.

Bukan God.

Sakura, forget it! I mean, yang tempo hari kusampaikan padamu. Sungguh, concerning-ku saat ini hanya satu: Islam. Just focus in it!

Thanks, Sakura. Please pray for me.

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Dear Sakura,"

  1. Syukurlah akhirnya dia berusaha untuk mengenal islam dan menjadi muallaf

    BalasHapus
  2. @Atep Setiawan,
    Iyeees, Kak. Alhamdulillaah. :)

    BalasHapus