Aroma Malam

Bismillaah

Apakah air mata itu selalu melambangkan kesedihan? Apakah ketika ia berlinangan, itu selalu disebakan oleh duka cita? Apakah tetes-tetes beningnya itu hanya bisa diartikan sebagai rasa nestapa?

Tidak bagiku. Sebab, malam ini aku sedang menepi dari hiruk pikuk dunia. Rabb, Engkau Memahamiku, aku rindu. Sangat.

Rindu, saat-saat seperti ini. Dimana, hanya ada Engkau dan aku. Berdua. Seolah jalinan cinta kita semakin erat. Kuat. Dan, aku merasakan dekapan-Mu itu, nyata. Begitu nyata.

Rabb, izinkan diri ini merintikkan air mata. Sebab, ini air mata cinta. Semoga, seperti apa pun diri ini, Engkau tiada pernah akan jengah. Padaku.

Bimbing aku Rabb. Didik aku. Tunjuki aku. Sebab tanpa-Mu, aku bodoh. Tanpa-Mu, aku buta dan tanpa-Mu, aku bisu. Kelu.

Tanpa-Mu, aku tidak akan pernah berarti apa-apa, Rabb. Termasuk, jika air mata ini melinang panjang, seperti kanal-kanal bening di luar sana. Itu takkan berarti apa-apa.

Angin malam bersiul-siul dingin. Musim semi hampir berlalu, Rabb. Apakah dingin memang kewajaran bagi setiap malam? Aaah, romantis sekali, Rabb. Mesra!

Bagaimana aku tidak merindui saat berduaan dengan-Mu seperti ini?

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Aroma Malam"

Posting Komentar