Love Is Loading, Please Wait!

loveee.jpg

Bismillaah

Wajahnya pucat. Tertunduk layu. Mirip kuncupan tulip di awal musim semi. Tak lagi berseri. Hatiku berdesir-desir sakit. Nyeri. Cinta. Ya, perkara cinta. Sesungguhnya, cinta itu fitrah. Tetapi, jika kehadirannya tidak dimaknai dengan hati, maka ia akan menyakiti. Jika kehadirannya tidak dirasai dengan ruh hati, maka ia akan melukai. Menjadikan diri terluka dan kecewa. Bukan hanya itu, cinta yang tidak diikatkan dengan ridha Allaah, ia akan menjadikan diri celaka. Hina dan jauh dari rahmat Allaah.

Bukan salah cinta. Sebab cinta adalah karunia. Ya, benar! Cinta tetaplah fitrah. Rahmatan lil'aalamiin.

"Hoshi?" Lembut ku memanggilnya. Menggugahnya dari buaian lamunan. Aku tahu, ia melamun. Sorot matanya tak lagi berbinar. Tatapannya kosong melompong. Mirip kebun luas yang tak ditanamai satu pohon pun. Hampa. Kugenggam jemari lentiknya.

"Ustadzah," jawabnya lirih. Wajahnya masih tertunduk dan kini kujumpai air bening ini menghujani wajahnya. Ah! Desir di hatiku semakin menjadi-jadi. Hoshi. Ada apa? Apa yang telah membuatmu menjadi seperti ini? Sepaham Ustadzah, kamu itu gadis mungil yang periang. Penuh semangat. Telisik hatiku. Kudekap Hoshi dengan sepenuh kasihku. Sejak mengajarnya menghapal Qur'an beberapa tahun lalu, aku sudah sangat menyayanginya. Rasa sayang yang bertumbuh dengan tulus dari relung hatiku.

"Hoshi. Istighfar, Sayang. Istisghfar. Astaghfirullaahaladhiim. Allaah, Allaah, Allaah. Istighfar, Sayang," kataku sembari mengusap-usap lembut punggungnya. Tangisnya yang semakin terkucur, menyebabkan air mataku pun tumpah. Aku tidak kuat! Getaran tubuhnya seolah berbicara, "Ustadzah, Hoshi sedih. Hoshi sedih. Seeediiih,"

Kubiarkan Hoshi menangis dalam dekapanku. Biarlah, air matanya menjadi air hujan yang suci. Ia, akan meluruhkan duka. Menyembuhkan luka. Mengobati sakit. Meredakan kecewa. Semoga Allaah meridhai air matanya. Aamiin.

Sudah hampir dua puluh lima menit Hoshi menangis. Tangisnya benar-benar memilukan hati. Semakin kuyakin, Hoshi sedang dalam masalah besar. Dan aku hanya bisa mendoakan untuk kebaikannya. Semoga Allaah memberikan yang terbaik untuknya. Aku sangat ingin membantu menyelesaikannya. Namun apa daya, Hoshi bahkan tak mengucapkan meski sepatah kata. Hanya hujan air mata. Dan, itu sulit untuk diterka. Apalagi direka-reka. Itu sangat tidak bijaksana. Tidak baik. Biarlah nanti, Hoshi menceritakan dengan jujur apa yang menjadi masalahnya.

Mas Firdaus datang. Alhamdulillaah. Sedikit lega, melihatnya pulang. Jujur, ada ketakutan merambati hatiku, dengan keadaan Hoshi seperti ini. Setidaknya, kalau ada Mas Firdaus, aku bisa meminta bantuannya menenangkan Hoshi dan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya.

"Assalamu'alaykum, Dik." Mas Firdaus mendekat, "Lho, Hoshi kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Mas Firdaus dengan wajah kebingungan.

"'Alaykumussalam," jawabku. Lalu dengan lirih sekali kukatakan, "Sssttt, Mas." Kuletakkan jari telunjukku di bibir. Lalu kuucapkan dengan tak bersuara, "Sepertinya ada masalah serius. Tapi belum mau cerita,"

Mas Firdaus mengangguk-angguk mengerti dan segera pamit mau mandi dan shalat 'Ashar di masjid. Menyadari ada Mas Firdaus, Hoshi menghentikan tangisnya. Merenggangkan dekapanku dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Yaa Allaah, aku terkejut sekali. Wajahnya semakin pucat dan sembab. Bibirnya memerah dan apa itu? Darah? Di hidungnya ....

---#---

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Love Is Loading, Please Wait!"

  1. apa yang di tangisi oleh hoshi? syukurlah ustadzah itu baik hati sehingga bisa menenangkan sedikit kedukaan hoshi

    BalasHapus
  2. @Atep Setiawan,
    Please, wait ya, Kak? Hekekeke.

    BalasHapus