Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

---Tsun Dan Satu Rupiah---

Alhamdulillaah, pagi menjelang dengan wajahnya yang menawan hati. Senyum cerah mentari, membuat Tsun tertegun tertawan. Maha Besar Allaah, atas segala ciptaan-Nya.

"Le, lha terus sing arep golek sak rupiah kuwi nang endi?" Lha terus yang mau mencari satu rupiah itu di mana? Bapak menyeruput the panasnya dan kemudian menikmati jajan pasar yang tersaji di meja. Tadi, pagi-pagi sekali, Tsun berbelanja di pasar. Itu, biasa di lakukannya, setiap kali di rumah Bapak. Membelanjakan semua kebutuhan Bapak. Termasuk, jajan pasar kesukaannya. Ada apem, jadah tempe, gendar dan cenil. Tsun juga suka semua jajan pasar itu. Apalagi kalau dipadukan dengan the nasgitel. Wah, luar biasa nikmatnya.

"Inggih, Pak. Nanti saya cari di Pasar Bering Harjo sana. Semoga ada. Biasanya sih ada, Pak. Kalo ndak ya, nanti nyari di Bank Indonesia." Jawabnya santun, sembari menuangkan lagi the untuk Bapak. "Tambah gula ndak, Pak?"

Bapak menggeleng.

"Wis legi. O lha harus ke Jogja berarti?" Sudah manis, kata Bapak sembari tersenyum. Senyum bahagia. Tsun membalasnya dengan senyum paling manis di dunia. Hatinya berdesir-desir. Sebentar lagi, ia tidak sendiri lagi. Ia, akan mengajak Puri untuk bersama-sama birul walidain. Berbakti kepada Bapak dengan sepenuh cinta.

"Nggih, Pak. Ndak pa-pa. Naik motor cuma ndak sampe dua jam," Tsun menimpali. Bapak mengangguk-angguk. Lalu tertawa, sedikit. Membuat Tsun ikut tertawa. Lalu bertanya, "Kenapa, pak?"

"Lha, Si Gendhuk kuwi lucu. Mosok meskawin kok sak rupiah? Haha. Jan, lagi ngerti iki, Le," masa mahar kok satu rupiah. Baru tahu ini, Le. Spontan mereka tertawa. Tawa bahagia.

Satu Rupiah.

Tsun menghela napas panjang. Di-azzam-kannya, itu akan menjadi pengikat cintanya bersama Puri. Dunia dan akhirat. Semoga Rabb ridha. Aamiin.

"Lha kalo itu sih mudah Pak. Bisa dicari. Lha tapi, tiga Surah yang harus saya hapalkan? Hehe. Itu harus saya baca waktu ngantenan lho, Pak." Tsun menyisir jenggot dengan jari-jarinya. Dahinya tampak berkerenyit.

"Oalah, iyo yo, Le? Ya, makanya yang rajin ngajinya. Diapalke sing tenan." Bapak berpesan, dan Tsun mengangguk mantap. Bismillaah.

Matahari semakin tinggi. Kabut tipis yang tadi menyelimuti perkampungan, kini telah menghilang. Kembali bersemayam ....

---#---

Postingan terkait:

6 Tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

  1. ane kurang ngerti bhs jawa nya gan

    BalasHapus
  2. @Teuing Blog,
    Maaf, kalau Kakak kurang mengerti, artinya Kakak tidak fokus membacanya. Karena, setiap selesai dialog dalam Bahasa Jawa, Sakura tuliskan terjemahnya ke dalam Bahasa Indonesia.

    Selamat membaca .... :)

    BalasHapus
  3. Mantap posnya. Kunjungan perdana, salam kenal. Kunbal ditunggu ya?

    BalasHapus
  4. wah ono serial basa jawa.ojo lali kunbalnya:-D,heheee...

    BalasHapus
  5. @BZSH72,
    Haha, mantap apanya niiih? :)

    Oke, salam kenal kembali. In syaa Allaah. :)

    BalasHapus
  6. @LORDY Æ,
    Haha. Actually not, Kak. Karena setting-nya Jawa dan alur ceritanya pernikahan antar bangsa, jadi tokohnya ada yang dari Jawa begituuu :)

    Siiipooo :)

    In syaa Allaah.

    BalasHapus