Serial: Miss Jannah

Bismillaah

---Surat Cinta---

Allaahu Akbar. Senin, oh, Senin. Selalu saja diriku tidak siap bersekolah di hari Senin. Ada saja penyebabnya. Pekan lalu, aku kesiangan bangun, gara-gara setelah Shalat Shubuh aku tidur lagi. Itu, masalahnya, malamnya aku lembur. Eeeh, maksudku menyelesaikan membaca 57 Detik-nya Ken Terate. Pekan dulunya lagi, kasusnya hampir sama. Tidur setelah Shalat Shubuh, masih lengket berat matanya gara-gara malamnya menyelesaikan menulis Gadis Berkerudung Merah Itu Aku. Hemmmm, tadi, terulang lagi! Hikaaa. Dan itu, karena semalam aku menyelesaikan membuat bingkai foto. Haha. Selebrity kamar! Itu, foto yang di Pantai Parang Tritis itu loh yang mau kupasang di sana. Siiipooo, kan?

Lebih siiipooo lagi, dapet banyak hal pagi ini:

- Dipelototin Mama, gara-gara telat turun dan sarapan

- Dicubit kecil tapi sakit sama Mama, gara-gara ada Home Work yang ketinggalam

- Terlambat sampai di kelas dan harus rela push up tujuh belas kali

- Hikaaa---Ini paling parah---seragamku ketukar sama Selasa

Huaaa. Kalau begitu, aku pinginnya Allaah memberikan tambahan waktu. Khusus malam Senin, jadi 28 jam. Pleaseee. Hikaaa.

"No, ada surat nih. Dari Andy. Cieeeh," Pauline menjajariku duduk di bangku panjang kantin. Jibleeeh, surat? Surat apa? Surat edaran Tata Tertib Sekolah? Eeeh, tungguh, itu kertasnya unyu-unyu deeeh. Pasti bukanlah kalau surat edaran. Andy? Siapa itu? Kakak kelas? Adik kelas? Siapa? Eeeh, teman sekelasku tidak ada yang namanya Andy, kan?

"Thanks, Pi. Andy siapa sih?"

"Cieeeh, pura-pura tidak tahu. Mukanya merah lagiii, eheeem. Itu lhooo, Sardiyanto. Yang anak Bantul," Pauline meledekku habis-habisan. Kata cieeeh-nya itu loooh, nyakitin banget.

"Whaaat? Itu, siapa, Yanto? Sejak kapan namanya berubah jadi Andy? Andy dari mananya, Piii?" Aku sewot. Jengkel. Sebel. Kenapa juga harus merubah nama. Kenapa tidak memakai nama asli dari orang tua saja? Iiih, menyebalkan.

"Tauuuu!" Pauline menggidikkan bahu tanda tidak tahu.

"Okeee, kalau begitu tolong kembaliin saja suratnya. Orang dia bukan Andy kok. Bilang sama dia, Nohara tidak suka identitas palsu! Identitas saja palsu apalagi kata-katanya, tingkah lakunya, pasti palsu banget!" Kataku jelas dan tuntas. Kuseruput wedang tape ketan untuk yang terakhir dan segera beranjak menuju kelas.

"Eeeh, No. Tunggu! Ngambek gituuu, duuuh!" Pauline menyusul langkahku. Aku tidak peduli. Sekali tidak jujur itu tidak akan jujur selamanya. Lagian, ngapain juga harus surat-suratan segala? Bikin males! Nambahin kerjaan. Waktuku sudah pas. Hemmm.

Sesampainya di ujung tangga bawah, kulihat Yanto berdiri di sana. Di anak tangga paling atas. Dia menatap ke arahku. Lama. Aku cuek saja. Memang sudah dari sononya cuek. Mau diapain lagi. EGP!

"Heiii, Bule Cantik. Piye? Mau kan jadi cewekku. Andy, yang paling kece di sekolah ini. Bokap gue juga tajir loh. Juragan tebu ...," cerocosnya bangga. Itu, jujur, membuatku ingin menonjok wajahnya. Biar babak belur. Bonyok! Sombong bangeeet!

Teeet, teeet, teeet!

Bel sekolah berbunyi nyaring. Aku berlari menaiki tangga dan sesampainya di dekat Yanto, aku berhenti. Kupandangi sekujur tubuhnya. Lalu, dengan geram kukatakan, "Siapapun kamu aku tidak peduli! Terlebih, dengan cara kamu merubah nama pemberian orang tuamu! Sorry, Rabb-ku melarang aku pacaran. Itu intinya. Thaaanks,"

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Miss Jannah"

Posting Komentar