Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung

sepasang-dayung.jpg

Bismillaah

Jadi, akhirnya aku berangkat ke Kelas Membatik bersama Tante Ratna. Duuuh, ribet juga ya, punya Mama yang pencinta batik? Eh, ribetnya tuuuh, kenapa Mama mewajibkan aku belajar membatik juga? Jujur nih, aku tidak suka sama yang namanya batik. Aduuuh, banyak sekali baju batik yang dibelikan Mama tapi masih bersemayam cantik di lemari. Ada beberapa yang masih utuh mulus di plastiknya, bahkan. Duuuh, ya, habis bagaimana lagi? Nama juga tidak suka. Apa yaaa? Yaaa, tidak suka saja. Takut Mama tersinggung kalau menuliskannya. Eh, any way, kalau kalian jadi aku, mendingan ikut Kelas Membatik sungguhan atau tidak sih?

Ikut vs Tidak.

Cap cip cup kembang kuncup. Pilih mana yang mau dicup?

Sejujurnya sih, aku tidak mau! Ogah---meminjam bahasanya Pipi---pokoknya. Eh, tapi, kalian tahu kan? Pokoknya itu itu tidak pernah berlaku bagi Mama. Yang berlaku, "Gendhuk Honey belajar ya? Itu kan ilmu juga namanya. Siapa tahu nanti Honey jatuh cinta beneran sama batik. Terus, Honey jadi designer yang handal dan profesional." Gitu kata Mama. What? Designer? Batik? Wuuuiiih, mendingan kabur!

"Oca suka kan, belajar membatik?" Suara Tante Ratna mengejutkanku. Oh, jadi tadi itu, aku bengong ya? Busyet---meminjam bahasa Ovy---deh! Gara-gara Kelas Membatik, aku jadi bengong! Padahal kan, bengong itu bisa memudarkan kecantikan. Hekekeke. Sudah tidak cantik, pudar lagi! Duuuh, lengkap sudah kesengsaraanku.

"Eeeng, hehe. Yaaaa bagaimana ya, Tante?" Eh, ini pertanyaan kan? Bukan jawaban? Aaah, habis tidak siap sih menjawabnya. Mana pertanyaannya tuh terlalu inti ke permasalahan lagi. Iiih, menyebalkan! Kenapa pertanyaannya tuh tidak yang begini, "Oca, habis ini mau ya, Tante traktir Steak? Atau Oca mau es krim? Atau Oca mau apa?"

"Lho, kok bagaimana? Ya Oca suka ndak?" Tante Ratna memarkir mobilnya di halaman parkir yang luas. Ma syaa Allaah. Jadi, di sini Kelas Membatiknya. Asyiiik sekali tempatnya. Mirip saung-saung yang dikepung taman bunga gitu. Indah sekali! Eh, tunggu! Ini baru kesan pertama dan bukan kesan pertama pada belajar membatiknya loh. Kalau itu sih, aku tidak tahu. Jangan-jangan temannya nenek-nenek semua lagi. Atau, at least tante-tante lagiii. Huuufffttt ....!

"Hehe. Su, suk, ka, Tante," aku gugup. Berbasa-basi itu ternyata berakibat cukup fatal. Di antaranya menjadikanmu gugup setengah mati dan akibat yang lebih fatal lagi, kamu akan menjadi gagap. Jadi, please deh! Tidak usah berbasa-basi. Lebih baik bersikap jujur dan mengatakan apa adanya. Eh, tapi, baru saja aku melakukannya kan? Kuharap kalian tidak membenciku gara-gara ini. Ini tuh darurat. Sungguh!

Waaah! Ma syaa Allaah. Aku rasanya pingin mati berdiri. Eh,jangan! Aku belum jadi penulis handal dan profesional. Kalaupun sudah, yaaah, na'uudzubillaah deh kalau mati berdiri. Aku, pinginnya mati dalam keadaan super baik.

Any way kalian tahu tidak apa yang membuatku begini? Duuuh, ternyata, Sanggar Batik Tulis alias tempat yang direkomendasikan Mama untuk aku ikut Kelas Membatik itu milik Mama. Guuubraaak! Pantas saja, namanya Sekar Jagat. Bukannya itu nama Mama, ya? Oooh, selamat datang penderitaan ....

*bersambung*

Postingan terkait:

4 Tanggapan untuk "Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung"

  1. Ahahay, ternyata sanggar batik itu punya mamamu ya? hohohoy

    BalasHapus
  2. @Atep Setiawan,
    Hikaaa, punya Mamanya Oca. Hekekeke.

    BalasHapus
  3. Thaaanks, @Nur Komar,

    Roncean kata sederhana dari Sakura :)

    BalasHapus