Coretan suara Hati

Bismillaah

Cinta ... Benar adanya, hidup ini hakikatnya adalah sebuah perjalanan "panjang", sunyi, sendiri. Benar, benar, benar! Aku membenarkan semua itu dengan hatiku. Lihatlah, Cinta, hati ini tengah menyenandungkan nada rindu untuk-Mu. Yaaa, aku rindu, Cinta. Rindu pada perjumpaan yang Engkau janjikan itu. Perjumpaan kita. Meskipun diri ini masih berlumur dosa, hingga merasa tiada kepantasan untuk menuai janji itu. Namun, izinkanlah diri ini untuk terus melangkah. Bertahan, berjuang menuju-Mu. Bimbing aku, Cinta. Tuntun jemariku. Gamit langkahku. Rengkuh aku, Cinta. I need You. I love You. I miss You.

Panjangnya perjalanan ini, Cinta, hanya Engkau yang mengetahuinya. Karena Engkaulah Pemiliknya. Engkau yang mengaturnya. Menentukan dan memutuskan semua yang ada dan terjadi selama perjalananku. Perjalanan panjang. Perjalanan menuju-Mu. Cinta, sampai di sini, sesungguhnya aku malu. Malu pada-Mu. Sebab, hingga detik ini, masih saja melakukan semua yang memalukan di hadapan-Mu. Kadang, aku melongok-longok ke sisi yang lain di sekitarku. Melihat. Mendengar. Merasakan. Aaah, ternyata, aku ini hamba-Mu yang benar-benar tidak tahu diri, Cinta. Nakal. Tidak malu, meski mengatakan malu. Oooh, Cinta. Jagalah aku, dari segala yang ada di sana. Perjalanan yang kutempuhi ini sungguh sangatlah panjang. Panjang. Panjang. Hingga terkadang, aku lelah. Dan, pada saat lelah itulah aku lebih mengingati-Mu lagi. Lebih mendekati-Mu lagi. Lebih merindui-Mu lagi. Dan membisikkan, "Rabb, Cinta, aku lelah. Kuatkanlah aku,"

Sepi, Cinta. Sungguh, perjalanan ini sunyi. Tiada sesuatu pun kujumpai abadi. Tiada seorang pun kujumpai tetap di sini. Semua datang dan pergi, silih berganti. Menyapaku sebentar, lalu pergi. Menemaniku sebentar, lalu pergi. Terkadang, yang tadi pergi, datang lagi. Menemaniku beberapa saat lamanya, lalu pergi. Yaaa, datang dan pergi. Begitu seterusnya, Cinta. Apakah ini yang Engkau maksudkan dengan fatamorgana? Ia, mereka, dia, tidak pernah selamanya bersamaku. Datang, singgah, dan pergi lagi. Terkadang, datang lagi dan terkadang tiada pernah kembali. Apakah ini yang Engkau maksudkan dengan setetes air di ujung jemari itu, Cinta? Setetes! Setetes saja! Cinta ... Aku, tak kuasa menahan air mata ini. Maka, izinkan aku menangis di pangkuan-Mu. Menangis. Aku akan sangat lega setelah melakukannya, Cinta. Sebab, Engkaulah satu-satu-Nya yang dapat mengerti aku. Usapan cinta-Mu, tiada dua. Kau, Segalaku.

Dalam segala kekurangan, kelemahan dan kefakiranku, Cinta ... Engkau tiada pernah meninggalkanku. Aku merasakannya. Sungguh, merasakannya dengan hati dan jiwa dan segala rasaku. Engkau selalu Ada. Ada. Ada. Engkau, tiada pernah meninggalkanku, meski terkadang aku lalai. Oooh, Cinta. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap meneruskan perjalanan ini. Melangkahkan kaki dan hati menuju-Mu. Seperti apa pun keadaanku, sehina apa pun ... Takkan terhenti. Sebab, aku mencinta-Mu, Cinta

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Coretan suara Hati"

Posting Komentar