Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung

sepasang-dayung.jpg

Bismillaah

Alhamdulillaah. Hari yang menyenangkan. Semua berjalan sesuai dengan yang kurencanakan. Semoga, semua itu menjadi yang terbaik untukku di hadapan Rabb. Aamiin. Sebab, aku tidak mau mendapatkan apa pun yang Allaah tidak ridha. Oke, aku memang masih remaja (banget) tapi, harus belajar, belajar dan terus belajar untuk menjadi hamba yang baik di hadapan Rabb. Hamba yang baik. Bismillaah. Semoga Allaah memudahkan dan menguatkan selalu. Aamiin.

"Ndoro Putri, ada kiriman," suara Mbak Wit mengejutkanku. Oh, tidak. Aku tidak melamun. Aku hanya sedang mensyukuri nikmat Allaah yang begitu melimpah untukku. Dan, aku juga sedang mentafakuri, bagaimana Allaah ijabah semua doaku hari ini.

"Oh, eh, kiriman dari siapa, Mbak?" Tanyaku gugup.

"Kurang tahu, Ndoro Putri. Dari Jakarta," jelasnya sambil meletakkan bingkisan berbalut kertas kado bercorak smile di atas meja belajarku.

"Oke. Thanks, Mbak. Nanti Oca buka. Oh ya, ada pesan dari Mama?" Tanyaku runtut. Aku sibuk melepas kerudung dan menggantungnya di hanger tempel.

"Ada, Ndoro Putri. Ndoro Sepuh berpesan, Ndoro Putri akan dijemput Bu Ratna nanti sore setelah 'Ashar. Ndoro Putri ada kelas membatik," terangnya dan jujur aku ingin mendelik. Whaaat? Kelas membatik? Apa lagi itu? Huaaa, rasanya pingin kabuuur! Membatik. MEMBATIK! Ada yang mau menggantikanku? With pleasure deh!

"Oooh, oke. Thanks, Mbak. Oca mau berendam dulu. Oh ya, kalau Ovy mengantar buku, tolong diterima ya, Mbak?" Berusaha untuk selalu sopan. Aku mengerti, Mbak Wit hanya menyampaikan apa yang Mama sampaikan. Oke, oke. Aku tersenyum santun dan kulihat Mbak Wit membungkuk memberi salam sebelum akhirnya minta pamit meneruskan pekerjaannya.

Well, kelas membatik. Program Mama yang seperti apa lagi itu? Eeeh, tunggu dulu! Kalau dengan itu Allaah ridha, why not?

***

Aku terpaku di lantai kamar. Bingkisan ini, ummm, ini dari Mas Shabry. Mas Shabry itu sahabatku di facebook. Kami berkenalan sekitar tiga pekan yang lalu. Selama tiga pekan itu, kami banyak mengobrol di inbox. Banyak sekali yang kami obrolkan.

Sekolahku dan kegiatannya sebagai guru di Jakarta sana. Kegiatan menulis dan menghapal Qur'an-ku. Eh, kalau dihitung-hitung sih, banyak dari sisi kehidupanku yang kami obrolkan. Mas Shabry sepertinya tidak keberatan. Malah senang menanyaiku banyak hal.

Jujur, aku suka dengan cara Mas Shabry mengobrol. Ilmiah, sopan dan bahasanya itu, apa ya? Dewasa, begitu. Jadi, aku merasa care. Merasa aman. Jadi yaaa, aku lanjutkan saja bersahabat dengannya. Di facebook, maksudku. Sampai akhirnya, kami bertukar nomer HP dan alamat rumah. Awalnya, aku berpikir, bahaya tidak sih? Namun, setelah memikirkannya selama tiga hari tiga malam, akhirnya aku menyetujui untuk kami melakukannya.

Dan, surprise tidak sih, kalau ternyata hari ini Mas Shabry mengirimiku bingkisan? Duh, jadi deg-degan. Apa yaaa, isinya? Manis sekali kertas kadonya. Bercorak smile besar-besar dan sepertinya bingkisan ini berat. Ummm, apa yaaa? Jadi semakin penasaran. Ehhh, jangan-jangan ....

*bersambung*

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung"

Posting Komentar