Kanvas Suci

Bismillaah

Kanvas Suci

A fiction story by Sakura Sizuoka

Lalu, untuk apa aku ada di sini? Untuk apa aku bertahan? Dan, untuk apa aku berjuang? Jawabannya hanya satu, untuk Anak-anak. Demi Anak-anak dan demi Allaah. Mereka sungguh tidak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang buruk dan masa depan yang suram hanya karena ego yang terlahir dariku. Ibunya. AKU HARUS MEMBERSAMAI MEREKA HINGGA MEREKA SUKSES MERAIH SEGALA MIMPI DAN CITA-CITA. Aku sudah gagal dalam hidup, dan cukup itu terjadi padaku. Itu, tidak boleh terulang pada anak-anakku. Tidak! TIDAK! AKU TIDAK MAU ANAK-ANAKKU MENGALAMI KEGAGALAN HIDUP YANG SAMA DENGANKU.

Urusanku dengan Allaah, ketika aku memilih dan memutuskan untuk bercerai. Oke, aku tahu. Bercerai itu diperbolehkan meski Allaah tidak suka. Tapi, aku tidak sepicik itu! Aku masih bisa berpikir dengan akal sehat. Aku bodoh, tapi aku tidak gila! Aku lemah, bukan berarti aku tidak bisa mengambil sikap sama sekali. Dan itulah mengapa, aku memilih dan memutuskan untuk tetap di sini. AKU HARUS TETAP BERADA DI SINI. AKU HARUS TEGAR DAN KUAT, UNTUK ANAK-ANAKKU. APA PUN YANG TERJADI. Termasuk, jika Crazy Man tidak segera sembuh dari penyakit gilanya itu.

Aku tidak boleh egois! Aku, harus bersikap dewasa dan bijak dalam menghadapi semua ini. Kenyataan yang sungguh teramat sangat menyakiti diriku sendiri. Meskipun, ya, kenyataan ini, aku sendiri yang menciptakannya. Kenyataan paling bodoh yang kubuat selama hidupku! Mau tahu? Menikah dengannya, Crazy Man, itu kebodohan terbesar yang pernah kuperbuat di sepanjang hidupku.

Kuakui, aku memang bodoh. Lemah. Dan, itulah puncak kebodohan dan kelemahanku. Menikah dengannya!

Itu adalah pintu gerbang dari penderitaan-penderitaan yang mewarnai hari-hariku. Crazy Man, tidak hanya bodoh atau lemah seperti diriku. Namun, seperti sebutan yang kuberikan padanya, dia itu gila. GILA!

***

"Mas, mau dong dibeliin rujak es krim. Seger kali ya, Mas, panas-panas gini makan rujak es krim. Duuuh, pasti asyik." Pintaku memelas sambil tiduran di atas dipan kayu. Waktu itu, aku baru hamil dua bulan. Hormon kehamilanku sedang tinggi-tingginnya. Mual dan muntah setiap pagi, siang, sore dan tengah malam. Entahlah, aku sendiri juga tidak mengerti. Mengapa bisa empat waktu dalam sehari aku mual dan muntah tanpa henti. Kira-kira tujuh kali muntah, baru terasa enak. Hilang mualnya.

Mas Karno diam. Matanya tetap terpejam, seolah tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan. Padahal, aku tahu persis, dia tidak sedang tidur. "Mas, aku mau rujak es krim nih. Beneran," ulangku. Barangkali kurang jelas tadi.

Tapi, bukan jawaban dan sikap menyenangkan yang kudapatkan, Mas Karno malah membelakangiku. Tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Jujur, aku kesal! Sebal! Sudah lemas, pusing, mual eh Mas Karnonya begitu. Ya Allaah ....

*bersambung*

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kanvas Suci"

Posting Komentar