Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung

sepasang-dayung.jpg

Bismillaah

Tubuhku gemetar. Ingatanku melesat ke Mas Shabry. Sssttt! Please, jangan katakan apa pun ya, tentang hal ini. Termasuk, jangan katakan, "Kau error, Ca! Bagaimana kau bisa seheboh ini, sampai jantungmu berkali-kali merosot sampai ke lutut dan dadamu disapu oleh gelenyar-gelenyar aneh? Padahal kan kamu belum pernah bertemu dengannya? Jangankan bertemu, komunikasi saja hanya di HP! Ummm, aku khawatir, kau sudah c***zy!" Please, stooop! Stooop! Itu namanya menghakimi. Oke, any way. Apa yang harus kulakukan? Sekarang, maksudku. Pergi ke Kelas Membatik bersama Tante Ratna, atau melanjutkan membuka bingkisan ini?

Ah! Aku takut! Entahlah, tiba-tiba aku terserang parno---kata Pipi, itu artinya paranoid---aku tidak mengerti apa artinya. Tapi, aku menyimpulkan parno itu kependekan dari paranoid yang artinya kurang lebih ill feel. Berpikir, akan adanya sesuatu yang buruk. Dan, semoga itu tidak terjadi sih. Mau tahu? Aku takut, tiba-tiba pingsan se per sekian detik setelah membukanya dan mengetahui isinya. Ummmm, terutama jika isinya itu ular atau kodok atau bahkan bayi dinosaurus!

So, what should I do?

Tok, tok, tok! Pintu kamarku diketuk lagi. Aku kaget (banget), seolah sedari tadi sembunyi di kolong tempat tidur dan tiba-tiba ada seseorang menemukanku sedang kembang kempis. Takut ketahuan. Itu tepatnya!

Lalu, suara itu meyakinkanku, itu Mama!

"Gendhuk, tidak lupa kan? Ada Kelas Membatik lho. Itu, Tante Ratna sudah datang. Cepet ya?" Suara itu begitu jelas terdengar. Aku kelimpungan. Dalam hati berdoa, 'Ya Rabb, please jangan biarkan Mama masuk ke sini. Aku harus menyembunyikan bingkisan ini? Tapi di mana? Bagaimana? Nanti Mbak Wit pasti cerita sama Mama soal ini ...," deg-degan, seeerrr, seeerrr, seeerrr! Aku bergeming sekian detik lamanya dan tiba-tiba suara itu mengejutkanku lebih dari yang pertama tadi.

"Oca Gendhuk Honey!" Lantang Mama memanggilku, dan itu buruk! Kalau Mama sampai memanggilku dengan formasi seperti itu, artinya Mama kesal dan sebentar lagi pasti aku akan mendapat tambahan pelajaran Adab Terhadap Mama Dan Papa. Hikaaa.

"Ya, Mama."

"Sudah siap, Oca Gendhuk Honey?"

"Iya, Mama. Sebentar," kataku sebisa mungkin tidak gugup dan dengan gesit menyimpan bingkisan itu di dalam Toys Box-ku. Eeeh, bukan berarti sampai sekarang aku suka pasaran ya, tapi itu memang Toys Box-ku dulu. Waktu masih sekolah di SD. Baru saja aku menutup Toys Box-ku itu dan mau bangkit berdiri, mengambil tas sesuatu itu terjadi ....

*bersambung*

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dimana, Kau Dan Aku Sepasang Dayung"

Posting Komentar