Serial: Jannah Family

Bismillaah

---Origami Bintang---

"Abi, Abi, Uan mau intang adi," celotehnya lucu, sembari mengangsurkan kertas lipat berwarna kuning kepada Tsun. Tsun tersenyum gembira. Diletakkannya buku Syarah Hadits Arba'in yang baru asyik dibacanya di meja.

"Yuan mau bintang lagi? Oke, Shalihahnya Abi. Yuk, kita buat?" Jawabnya lembut dan ramah. Dikecupnya kening Yuan penuh cinta. Syukur tiada tara, atas dihadirkan-Nya Puri dan Yuan dalam hidupnya. Bidadari Surga dan Mata Air Surga baginya. Yuan meringis lucu. Kuncir duanya bergerak-gerak seperti untaian bunga. Haha.

"Ote, Abi. Intang. Uan mau intang." Serunya penuh semangat.

Dengan sabar dan telaten, Tsun mengajarkan Yuan cara membuat bintang dari kertas lipat. Yuan suka sekali membuat origami, karena Puri sering mengajaknya. Di seluruh sisa waktu untuk sekolahnya, Puri intens membersamai Yuan. Mengasuh,menjaga, merawat, mendidik ples menemani Yuan bermain.

Yaaa, itulah resiko, jika menikah di usia belia. Ada banyak amanah yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati. Sekuat jiwa dan raga karena mengharap ridha Allaah Ta'ala.

Seperti hari ini, Puri ada jadwal sekolah. Jadi, giliran Tsun menjaga Yuan. Alhamdulillaah, sejauh ini "pergantian shift" menjaga Yuan berjalan dengan baik dan lancar. Aman terkendali. Berbagi tugas dan tanggung jawab bersama.

"Alhamdulillaah, bintangnya Yuan sudah jadi." Tsun mencuil pipi gembul Yuan. Yang dicuil meringis lagi, lucu. Nyengir yang menumbuhkan rindu. Rindu bila sehari saja tidak bertemu.

"Hoyeee, intang uan. Hoyeee!" Serunya gembira. Haha. Wajahnya menggemaskan, membuat Tsun ingin mencuili pipinya lagi. Tapi, urung. Yuan tiba-tiba terlihat mau menangis. Ohhh, pasti kangen Puri. Sudah waktunya nenen juga. Tsun merangkulnya, mengusap-usap punggungnya dan langkah terakhir menggendongnya dengan sigap.

"Ummi, Abi. Uan mau Ummi, huaaa," tangisnya pecah dalam gendongan Tsun. Tsun mengajaknya ke teras depan untuk menggantungkan bintang. Tapi, Yuan tetap menangis. Sedih. Kerinduannya pada Puri tak tertahankan lagi. Apalagi, memang masih minum ASI jadi kalau sudah haus pasti begini.

Dengan tenang dan sabar, Tsun menghibur Yuan. Diambilkannya ASI yang ditinggalkan Puri di freezer. Ah, kesalahan. Kenapa tidak dicairkan dari tadi dan aku malah sibuk membaca buku? Astaghfirullaahaladhiim. Lagi-lagi, salah lagi. Batinnya, menyesal.

"Sayang, sebentar ya? Haus ya? Yuuuk, mimik air putih dulu ya? Atau, kita buat jus tomat yuk? Yuan suka, kan, jus tomat?" Bujuknya, dan itu tidak juga bisa membuat Yuan menjadi tenang. Tangisnya melengking-lengking. Yaa Allaah, tenangkanlah hati Yuan. Damaikan hatinya, ya Allaah. Bisik hatinya. Ditepuk-tepuknya punggung Mata Air surganya itu dengan penuh cinta.

"Bintang kecil, di langit yang tingggi, amat banyak menghias angkasa, aku ingin terbang dan menanti, jauh tinggi ke tempat kau berada. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Bismika Allaahumma amuutu wa ahya," Tsun menyanyikan lagu itu dengan syahdu dan membacakan doa itu dengan khusyu'. Berharap pertolongan Allaah, semoga Yuan diberikan ketenangan hati.

***

"Assalamu'alaykum," suara Puri dari depan. Tsun bergegas menjawab salam dan membukakan pintu. Yuan masih dalam gendongannya. Sudah tertidur dua puluh lima menit yang lalu dan Tsun belum berhasil menidurkannya di tempat tidur. Puri mencium punggung tangannya, mesra dan Tsun mengecup keningnya lembut tak kalah mesranya.

"Yuan rewel, Mas?"

"Nggak, Dik. Haus. Aku yang salah, Dik. Lupa mengeluarkan mimiknya dari freezer,"

"Ohhh, lama tidak, Mas, menangisnya?"

"Lumayan, Dik. Sejaman lah. Habis Mas bingung, nggak mau dikasih mimik lainnya. Maafkan Mas ya, Dik?" Tsun menatap mata sipit dan bening milik Puri. Dalam. Penuh kasih. Yang ditatap mengimbangi, akhirnya, saling tersenyumlah mereka dalam gebu cinta yang tak pernah surut.

"Tidak apa-apa, Mas. In syaa Allaah, Yuan akan dimudahkan Allaah untuk menyesuaikan diri,"

"Iya, Dik. Aamiin. Kamu lapar, Dik? Makanlah dulu. Mas buatin sup ayam tadi. Ada brokolinya lho, Dik. Kamu pasti suka."

"Okeee, okeee. Thaaanks, Mas. Sebentar, Puri ganti baju dulu, wudhu dan ...," terputus.

Yuan terbangun, dan tangisnya kembali pecah. Memenuhi ruangan. Tangis kebahagiaan, karena kini, Puri telah berada di dekatnya. Tangannya menyongsong Puri, lucu. Puri segera menyambutnya, sepenuh cinta.

"Assalamu'alaykum, Yuan Shalihah. Rindu sama Ummi ya? Sama, Ummi juga rindu sama Yuan dan Abi ...," ucapnya riang. Tsun mencuil pucuk hidungnya.

"Ah, yang bener nih rindu sama Abi, hahaha," Tsun bercanda dan segera kabur. Melarikan diri, karena ingat ASI yang tadi dicairkannya. Jangan-jangan mbludak lagi seperti kemarin lusa ....

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

Posting Komentar