Kanvas Suci

Bismillaah

Air mataku merintik. Sakit sekali rasanya. Tapi, kukemasi segera. Aku tidak boleh menangis. Toh, kalau memang benar-benar ingin makan rujak es krim, aku bisa membelinya sendiri. Pasti di sekitar ini, ada yang menjualnya.

Itu keputusan hatiku. Segera kuberanjak dari dipan dan mengenakan kerudung. "Mas, aku beli rujak es krim dulu ya?" Bagaimanapun aku harus minta izin kan, kalau mau ke luar rumah. Mau tahu apa yang dikatakannya?

"Ya sana! Biar bisa sekalian cuci mata, nyari laki-laki lain. Dasar murahan!" Aku seperti ditampar dengan spatula panas. Sakit sekali rasanya, mendengar Mas Karno mengatakan itu. Ya Allaah. Mengapa suamiku sekasar ini? Tanya hatiku.

"Mas? Aku cuma mau beli rujak es krim," belaku. Aku membela diriku sendiri dan memang aku tidak punya tujuan lain. Sungguh.

"Halah! Banyak alasan. Bilang aja mau mejeng. Nongkrong. Lagian siapa yang mau sama perempuan bunting kayak kamu gini. Ngaca sedikit kenapa sih? Gaya banget!" Cerocosnya mencemooh. Aku hilang kesabaran. Siapa yang sabar jika dikata-katai seperti itu? Aku ini isterinya kan? Bukan perempuan yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya? Aku juga sedang hamil. Jadi, wajar kan kalau aku minta dibelikan rujak es krim. Okelah, kalau misalnya minta dibelikan itu salah, wajar kan kalau aku ingin makan rujak es krim? Ya Allaah. Aku menangis. Dan, saat itu lumayan keras. Aku tak bisa membendungnya lagi, termasuk jika harus membungkam mulutku agar suara tangisanku tak terdengar oleh Bapak dan Dik Wisnu. Sepertinya dia ada di kamarnya. Belum berangkat kuliah, atau mungkin libur. Dik Bambang, tidak tahu kemana.

Bapak berjalan ke arah kamar. Aku mendengar langkah kakinya. Dan, benar saja, Bapak menyingkap gorden yang dipakai menutup pintu kamar dan langsung amarahnya meledak. Aku disalahkannya. Katanya, "Jangan rame di rumah orang! Nggak tahu diri banget sih! Semua perempuan juga bunting. Nggak hanya kamu saja. Tapi, yang rewel dan aneh itu hanya kamu. Ibumu dulu juga nggak rewel. Apalagi aneh kayak gini. Mbok udah kalo mau apa-apa ya tinggal beli aja to? Sama suami nyuruh-nyuruh. Anak saya bukan ajudanmu!" Haaa? Aku segitunya ya? Maksudku, hanya gara-gara minta dibelikan rujak es krim dan aku sudah dianggap melakukan kesalahan yang besar ya? Oooh, tahu begitu, diam saja tadi. Tidak usah mengatakan apa pun.

Kejadian itu, benar-benar menggores batinku. Bagaimana tidak? Aku benar-benar lemas dan pusing. Seharian muntah-muntah terus. Mual. Aku bukan perempuan manja dan tidak mandiri. Aku bisa kok. BISA! DAN LIHAT SAJA, AKU BISA!

*bersambung*

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kanvas Suci"

Posting Komentar