
Bismillaah
Aku disampaikan Allaah pada titik ini, karena azzam dan perjuangan. Titik, dimana aku berdiri tegak menyangga langit-langit mimpi. Memancang pelataran cita-cita. Aku, bersama Allaah, berjuang untuk menggapai semuanya itu. Bismillaah.
Banyak yang mengira, aku mengambil Jurusan Psikologi ini karena mengikuti jejak Mama yang Psikolog. Tetapi, tidak seperti itu. Aku, memilih Jurusan Psikologi, karena ingin menggapai mimpi terindahku: Psikolog Anak. Dan aku, ingin menjadi Psikolog Anak, karena aku cinta anak-anak. Anak-anak itu suci. Polos. Tulus. Dan aku ingin mengajarkan kepada mereka, Al-Qur'an adalah Teman Hidup. Jadi, mereka tidak perlu bersedih hati. Al-Qur'an selalu bisa menemani. Kapan pun mereka butuhkan. Islam meng-cover mereka sepenuhnya. So, apa kaitannya dengan psikolog? Yupz + Yapz, aku ingin menjadi Psikolog Anak Muslim. Dimana semua teori psikologi akan aku selaraskan dengan Maksud Allaah yang Dituangkan-Nya dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai Asy-Syifa'. Penyembuh "jiwa", pembeda "jiwa", petunjuk "jiwa". Klop kan?
Jadi, begitulah. Aku memang memilih dan memutuskan semuanya sendiri. Artinya, Mama dan Papa "hanya" mendukung, mendoakan dan "memfasilitasi" saja. Ungkapan ini pun aku dapatkan dari Mama dan Papa. Jadi, aku tidak perlu ragu. Tidak perlu risih dengan perkiraan, anggapan atau pandangan semua orang dalam hal ini. Terlepas dari pilihan dan keputusanku, kalau pun memang aku mengikut jejak Mama sebagai Psikolog, tidak ada salahnya kan? Kalian perlu tahu, Mama itu seorang psikolog yang kereeen! Hekekeke. Peluk, Mama dan Papa
Sampai sejauh ini, aku berjuang untuk mempersembahkan prestasi terbaik di hadapan Allaah. Prestasi terbaik untuk Mama, Papa dan diriku sendiri. Sebisa mungkin. Sepenuh hati. Sekuat jiwa dan raga.
Eh. Tunggu dulu, prestasi terbaikku itu artinya Aku Bukan Star, tapi entah kenapa, label itu melekat padaku sejak masuk di sini. Universitet Van Amsterdam. Siiipooo. Minnallaah.
Jadi maluuu, bagaimana bisa aku mendapatkan Label Star itu, padahal:
• Tidak pernah punya catatan
• Sering membolos (Tepatnya izin tidak masuk karena sakit)
• Banyak meminta Home work dan Tugas Pengganti Sekolah
• Kalau bisa masuk (Waktu sehat), yaaah, setandard saja
• Hekekeke, sukanya mendebat dosen
• Hemmm, apalagi ya? Jadi bingung. Yang jelas, aku cinta belajar. Aku mencintai dengan sungguh-sungguh. Karena Allaah.
So, inilah saatnya menuliskan: Alhamdulillaah, thank you very much, my lectures and friends ....
Belum ada tanggapan untuk "My School Story"
Posting Komentar