Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

Bismillaah

---Puri Dan Keputusan Hatinya---

Yogyakarta. Alhamdulillaah, akhirnya disampaikan Allaah dengan selamat, sehat tak kurang satu apa pun. Semoga perjalanan panjang dari Belanda kemarin, menjadi perjalanan yang diberkahi Allaah. Aamiin.

Lelah bergelayut, jetlag menendang-nendang dinding lambungnya, hingga sensasi mual begitu terasa. Puri terbaring lemah di atas ranjang. Dahinya berkerenyit menahan pusing. Disipitkannya matanya yang memang sipit, berusaha bangkit dari tidurnya dan terduduk lemah di tepian ranjang.

"Allaahu Akbar. Assalamu'alaykum, Yogyakarta." Puri berbisik lirih, sembari merapikan gaun tidurnya. Gaun tidur bermotif sakura. Warna dasarnya merah tulip dengan kuncupan dan beberapa mekaran sakura berwarna pink cerah. Senyumnya terlukis manis di sudut bibirnya yang merah alami. Setelah selesai merapikan ranjang, Puri membuka gorden jendela dan ia terpesona!

"Hellooo, Sun. Assalamu'ayakum," bisiknya lembut. Senyumnya kian lebar dan wajahnya berseri-seri. Rasa pusing dan mual yang tadi menyerangnya, kini perlahan menghilang. Dihirupnya udara segar, dan mengedarkannya ke seluruh rongga dadanya. Matanya terpejam. Seolah ingin melebur bersama pagi. Pagi yang indah di Yogyakarta.

"Silau, Sun," kilahnya sambil menyipitkan mata. Ditutupnya gorden berwarna putih polos itu, hingga menutupi sebagian kaca jendela. Puri menghela napas panjang, mengisikan rasa syukur dan bahagia yang sedalam-dalamnya ke seluruh isi batinnya.

***

Mama masih menatapnya. Dalam. Tatapan yang sulit untuk ditafisrkan. Terlalu sulit bahkan. Bola mata membulat, utuh. Nyaris sempurna. Binarnya melambangkan kebahagiaan, dengan sorot teduh yang menentramkan. Namun, Puri merasakan, ada sesuatu menembus dadanya. Begitu dalam. Hingga ke pelataran hatinya.

"Honey," bisik Mama. Jarak mereka memang dekat sekali. Puri mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menunduk dan tetes bening pun bergulir melalui celah-celah bola matanya.

"Mama," jawabnya. Dan hanya itu yang sanggup diucapkannya. Hanya itu, sebab air mata sudah tiada bisa lagi dibendungnya. Puri meluapkan tangisnya dalam dekapan Mama.

"Honey, jika dia memang pilihan hatimu, Mama doakan semoga dia juga menjadi pilihan Allaah untukmu. Jika memang menikah sudah menjadi keputusan hatimu, Mama doakan semoga itu juga menjadi keputusan Allaah untukmu. Untuk kalian. Restu Mama untuk kalian. Semoga Allaah pun meridhai kalian. Aamiin," ungkap Mama bijak. Suaranya benar-benar dalam dan lembut. Tenang. Bak gelombang yang berkecipak tenang di tengah lautan, pada saat fajar. Puri semakin bergetar. Dalam dekapan kasih Mama, air matanya kian melinang. Deras. Bak cucuran air hujan di Bulan Desember.

"Aamiin, terima kasih, Mama." Akhirnya, kalimat itu terucap jua, setelah tangisnya mereda. Dengan sabar dan penuh cinta Mama manungguinya. Menunggu Puri mengatakan itu. Dan kini, keduanya saling bertatapan dengan senyum kebahagiaan melengkung di bibir masing-masing.

"Jadi, besok sore Masmu akan datang mengkhitbah?"

"Iya, Mama,"

"Bismillaah," ucap Mama dan Puri nyaris bersamaan.

Kamar Puri menjelma taman bunga. Rona bahagia menyelimutinya dengan lembut dan hangat. Keputusan hati telah mendapat restu dari Mama, dan itu membuatnya bersujud syukur penuh bahagia. Bismillaah.

---#---

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

  1. Wow keren. Ntar aku bikin yg versi melow nya. Tokoh utama cewe, gak terlalu cantik tapi menarik.
    Ketemu sama cowo, gak terlalu ganteng tapi baik.
    Tambahkan sedikit bumbu asmara.
    Lalu, kita beri sedikit twist cerita dengan entah darimana datangnya suatu penyakit kepada karakter cewe, gak perlu ekstrim tapi cukup mematikan.
    Lalu kita akhiri cerita dengan meninggalnya karakter cewe.
    Dan kita tutup cerita dengan wassalam.
    Hm...

    BalasHapus
  2. @NetComSys,
    Good luck, :)

    Be the best!

    Thanks

    BalasHapus