Selembar Niqab Hitam O'hara

Bismillaah

Selembar Niqab Hitam O'hara

A story by Sakura Sizuoka

Geger! Itu yang terjadi kemarin pagi. Sontak, kost-an O'hara menjadi gempar, hingga detik ini. Apa yang terjadi? Sesungguhnya, tidak ada yang terjadi. Itu hanya selembar kisah yang Allaah hadirkan untuk meneguhkan iman O'hara. Gadis shalihah yang senantiasa bertaqwa kepada-Nya. Namun, bukan manusia namanya, jika tidak menjadi hiruk pikuk oleh hal yang bersifat fatamorgana. Yaaa, teman-teman kost-annya dan bahkan semua teman di kampusnya ikut mempercayai dan menyebarkan fitnah keji itu. Fitnah, yang kini telah menjadi ledakan bom! Memporak porandakan kehidupan O'hara.

O'hara bergeming dalam sakitnya. Sepenuh cinta melawan rasa sakit dan mendamaikan hatinya. Sakit yang tidak hanya mendera sekujur tubuhnya, namun juga jiwanya. Muraja'ah, menjadi satu-satunya hal yang membahagiakan baginya. Bibirnya bergetar menahan tangis. Hatinya, segenap jiwanya melebur dalam sebuah cinta. Cinta Suci.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ar-Rahmaan. 'Alamal Qur'aan. Khalaqal insaan. 'Alamahul bayan ...," suaranya menggetarkan hati. Terutama, jika yang mendengarkannya itu adalah hati yang khusyu' mengabdikan diri kepada Allaah. O'hara menghela napas panjang. Keningnya mengeryit menahan sakit. Dibenarkannya letak kerudungnya yang telah robek-robek. Mendesah berat dan melanjutkan muraja'ah lagi. "Asysyamsu wal qamaru yasjudaan. Wassamaa-a rafa'ahaa wawadha'almiizaan. Allaa tath'ghauu fil miizaan ...,"

Braaak! Gedubraaak! Seseorang menendang pintu kamarnya hingga terbuka lebar. O'hara terkejut dan sontak, tubuhnya gemetar. Beringsut menyandarkan dirinya ke dinding. Meringis kesakitan dan baru disadarinya, telapak tangannya juga tergores. Dan lulutnya, rasanya sakit sekali. Oooh, Rabb, mohon perlindungan dari-Mu. Aamiin. Bisik hatinya.

Beberapa ikhwan dan akhwat berkerumun di depan pintu kamarnya. Mereka terlihat sangat marah padanya. Kebencian berkilatan dalam sorot mata mereka.

"Setan! Luarnya saja ditutupin. Tapi dalamnya busuk!" Maki seseorang, sambil melempar botol air kemasan ke arah O'hara yang kini semakin gemetar.

"Iya! Luarnya aja bercadar, tapi ternyata serigala liar!" Maki seseorang yang di luar sana. O'hara hanya bisa menelan ludah. Pahit. Astaghfirullaahaladhiim. Rabb, ampunilah segala dosaku. Ampunilah segala dosa Ummi dan Abi, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka telah mengasihi aku selama ini. Aamiin. Bisik hatinya. Air mata, tak bisa lagi ditahannya. Melinang duka, terlebih saat bayangan Ummi dan Abi yang telah mendahuluinya menghadap Sang Khaliq menyinggahi benaknya. Dalam bayangannya itu, Ummi dan Abi sedang tersenyum manis untuknya. Menatapnya denga sorot mata yang teduh. Aaah, Ummi, Abi. Maafkan O'hara.

"Nangis! Cuih! Siapa saja juga bisa kalau cuma nangis. Dasar air mata buaya!" Teriak Kak Anita. O'hara kenal suara itu. Kak Anita itu, teman satu kost-annya.

"O'hara, sebaiknya kamu jujur saja! Apa yang kamu lakukan di kamar Andika kemarin? Benar kamu sudah mengajaknya berbuat zina?" Seru Kak Adam dengan lantang. Lalu suaranya berubah menjadi sangat geram. Kak Adam? Tega sekali mengatakan itu? Oh, iya. Kak Adam pasti sudah terhasut.

"Iya! Bikin malu saja! Ngaku saja! Biar kami merajammu bersama Andika setelah ini. Itu hukuman yang pas buat kalian!" Suara Kak An-Nisa, Kakak Angkatannya sambil berkacak pinggang. Setelah itu, ia mendekati O'hara dan meludahi wajahnya. Tangisnya semakin menjadi. Mengisakkan duka yang begitu mendalam. Astaghfirullaahaladhiim. Bisik hati O'hara.

Sungguh, ia amat sangat ingin mengatakan sesuatu. Ia ingin membela dirinya. Ia ingin semua orang tahu, bahwa dirinya tidak bersalah. Dan, selembar niqabnya itu, hanyalah sebuah alibi. Ia, bahkan tidak mengenal siapa itu Kak Andika. Tapi, lidahnya kelu. Bibirnya terkunci rapat. Entah kenapa, hanya hatinya yang mampu menyerukan semua itu. Terlebih, saat Kak An-Nisa menampari wajahnya dengan kemarahan yang semakin meledak-ledak. Ia, hanya bisa menangis, menjerit-jerit. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Desisnya, menahan perih.

"Dasar kamu ya! Kerudung hanya untuk tameng! Ayo, kita rajam saja mereka. Nunggu apa lagi? Sudah jelas O'hara mengakui semuanya. Kurang jelas apa lagi? Buktinya dia diam. Diam itu tandanya iya kan?" Ucapnya setelah menendang perut O'hara yang kian tidak berdaya. Allaah, Allaah, Allaah. Hatinya memanggili Kekasih Sejati. Hanya itu yang bisa dilakukannya. Yaa Rabb, Engkau Maha Menyaksikan. Engkau Maha Benar.

Ruangan menjadi semakin gaduh. Bapak dan ibu kost memaki-makinya tanpa ampun. Begitu juga dengan teman-temannya. Semuanya. Kata-kata kotor dan keji, menghujaninya bak peluru. Bertubi-tubi mendarat pada jiwa dan raganya.

Seseorang mendekatinya dan menarik tangannya dengan kuat. "Hayo, berdiri! Ikut kami!" O'hara tak sanggup lagi memberontak. Ia hanya bisa mengikut atau dirinya akan semakin babak belur dihakimi puluhan atau bahkan ratusan orang yang ada di sana. Yaa Rabb, tolong jaga diriku. Jaga kehormatanku di hadapan-Mu. Jaga auratku, Rabb. Seperti selama ini Engkau menjaganya. Aku yakin, Engkau Maha Melihat dan Engkau tidak akan tinggal diam.

Dengan murka, mereka menggiring O'hara menuju lapangan kampus. Caci maki belum juga terhenti. Semakin menjadi malah. Ummi, Abi. Maafkan O'hara. Semoga Allaah memuliakan Ummi dan Abi. Yaa Rabb, jika ini harus menjadi sejarah perjuanganku di hadapan-Mu, aku ikhlas. Meski ini hanyalah sekecil debu. Tapi, sungguh, Engkau Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Bukan aku! Bukan aku, Rabb. Aku tidak seperti yang mereka tuduhkan. Aku difitnah, Rabb. Aku, tidak melakukannya. Bahkan, aku tidak tahu, bagaimana niqabku itu bisa ada di kamar kost Kak Andika. Yaa Rabb, berikanlah pertolonganmu. Mohon, Rabb. Pinta hati O'hara, syahdu.

Kak An-Nisa yang tadi menyeret-nyeretnya, melemparknnya begitu saja ke tengah lapangan. Apa yang bisa dilakukan O'hara selain merintih menahan sakit? Apa yang bisa dikatakannya selain kalimat thayibah? Subhanallaah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaahu Allaahu Akbar. Ucapnya lirih sambil mengerang-erang kesakitan. Ini sakit, Rabb. Tapi, aku yakin, ini adalah tanda cinta-Mu. Aku yakin, Engkau Engkau akan memerdekakanku dengan kemuliaan-Mu. Aamiin.

Bruuuk! Tubuh Andika terlempar di sampingnya. O'ahara beringsut menjauh. Sebisa mungkin. Rabb, aku tidak mau bersentuhan dengan yang tidak halal bagiku. Hijabi kami, Rabb. Hijabi kami. Jauhkan aku darinya. Mohon, Rabb. Pinta hatinya.

"Kurang ajar lo! Dasar cewek murahan!" Andika memakinya, hampir saja meludahi wajah O'hara ketika tiba-tiba ada suara yang lantang terdengar dari wairless, "O'hara tidak bersalah! O'hara tidak bersalah! Tolong hentikan! Kami dari pihak kepolisian ...," suara itu menggelegar di angkasa. Membuat suasana menjadi senyap. Semua mata tertuju padanya. Seorang petugas kepolisian dan rombongannya.

Mendengar itu, O'hara segera bersujud. Air mata syukur dan bahagia melinang syahdu. Terima kasih, Rabb. Alhamdulillaahi Rabbil'aalamiin. Engkau menyelamatkanku, Rabb.

Kak An-Nisa mendekatinya. Dengan penyesalan yang teramat dalam, didekapnya O'hara dan tangis mereka pun pecah. Kak An-Nisa meminta maaf, di sela isak tangisnya.

"Saudara Andika, ikut kami!" Seorang petugas menodongkan pistol ke arahnya dan seorang petugas yang lain memborgol tangannya. Meski tidak bisa menerima, namun Andika tak bisa berkelit sedikitpun. Dengan wajah tertunduk malu, Andika berjalan dengan wajah tertunduk malu. Sial! Semua berantakan! Semua ini gara-gara O'hara yang sok suci itu! Susah amat sih ngedapetin sirinya! Kupikir dengan jalan ini, aku bisa menikahinya! Sial! Rutuk hatinya.

Terbayang, perbuatan jahatnya, mencuri niqab hitam O'hara yang sedang dijemur. Cintanya yang tak terbalas dan penolakan O'hara untuk dijadikan pacarnya, meninggalkan sakit hati yang luar biasa di hatinya. Lalu, kemarin pagi ia melakukan aksinya. Setelah berkencan dengan Sasha, pacarnya semalam suntuk, ia berteriak-teriak seolah-olah baru saja O'hara menzinainya. Dan, ia menggunakan niqabnya sebagai bukti. Niqab yang sudah disemprot dengan parfumnya, agar semakin memperkuat bukti. Itu yang membuat wajahnya semakin merah padam. Terutama, karena teman-teman dan semua orang yang ada di sana, menatapinya dengan marah dan tajam. Caci maki dilontarkan dengan murka kepadanya.

Sementara, O'hara masih melebur dalam lautan syukur dan bahagia. Air matanya masih saja melinang. Semua akhwat mengerumuninya. Membantunya berdiri sekaligus meminta maaf atas perbuatan keji mereka. Mereka sudah sangat bersalah karena sudah gegabah dan mudah terhasut sehingga begitu mudahnya mendhalimi O'hara.

Allaah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allaah Maha Benar. O'hara diberikan-Nya perlindungan dan keselamatan. Dan, tepat di saat O'hara berdiri dengan ditopang Kak An-Nisa dan Kak Anita, lagi-lagi, Allaah menurunkan tanda kekuasaan-Nya lagi.

O'hara, dijemput-Nya sesaat setelah mengucapkan, "Allaah ...," dengan nada penuh kepsrahan. Semua menjerit histeris seiring dengan melemasnya tubuh O'hara.

Innalillaahi wainna ilaihi raji'uun.

---#---

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Selembar Niqab Hitam O'hara"

  1. Wow.Wow.Wow!
    Deg2an bacanya
    Memang yg namnya fitnah t kejam!!!

    BalasHapus
  2. Sakura Sizuoka Posted By Admin22 Oktober 2015 pukul 20.44

    @Emma,
    Iyeees, Emma. Stay calm, Girl. Hanya cerita kok:)

    BalasHapus