Boneka Teddy Bear Untuk Rimbun

Bismillaah

Boneka Teddy Bear Untuk Rimbun

A story by Sakura Sizuoka

"Abi, Yimbun mau edi bil," ungkapnya lucu. Wajah ayunya tampak berseri. Matanya yang sebening dasar samudera berbinar indah. Penuh keyakinan, keinginannya untuk memiliki boneka Teddy Bear itu akan segera terwuud.

"Rimbun mau Teddy Bear? Yaaa, in syaa Allaah nanti Abi belikan. Tapi, nantiii ya, Rimbun Sayang? Kalau Allaah sudah memberikan rizqi untuk kita," terang Abi lembut. Ditatapnya mata samudera Rimbun dengan sepenuh kasih. Rimbun tersenyum senang. Seolah, dalam senyuman itu ada ungkapan, "Yeee, Yimbun una edi bil!"

"Abi telja duyu?" Rimbun bertanya lagi penuh semangat sambil duduk ke pangkuan Abi. "Tayo udah telja, Abi beyi edi bil? Uat Yimbun ...," tambahnya lalu disusul dengan senandung nyanyian karyanya sendiri, "Nananana, lalala, nanana ...!"

"Iya, Rimbun Sayang. Abi harus kerja dulu. In syaa Allaah, Allaah berikan rizqi, kita beli bersama ya?" Jelasnya lagi dengan bijak. Dicuilinya pipi Rimbun dengan gemas. Abi memang selalu dibuat gemas oleh tingkah polah Rimbun yang lucu. Semakin besarlah rasa cinta Abi kepadanya.

Rimbun Surgawi. Anak Cinta Abi dan Ummi. Usianya sudah hampir tiga tahun. Kurang tiga bulan lagi. Jauh sebelum Rimbun meminta tadi, Abi sudah merencanakan untuk membelikan boneka Teddy Bear untuk Rimbun waktu ulang tahun nanti. Bukan untuk merayakan ulang tahunnya, tetapi untuk mengenang betapa sakralnyaa hari itu. Hari, dimana Allaah menghadiahkan Rimbun untuk Abi. Hadiah yang tidak ternilai harganya, karena Rimbun sangatlah berharga.

Yaaah, meskipun kelahirannya sekaligus menjadi sejarah baru dalam kehidupan Abi. Sejarah berdarah. Dimana, Ummi harus menghadap Sang Khaliq karenanya. Ummi mengalami perdarahan dan tidak dapat lagi diselamatkan. Betapa gelombang duka, menggulung Abi hingga kandas di dasar samudera. Itu nyata. Namun, Allaah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allaah kuatkan hati Abi untuk bisa menerima kenyataan pahit dan sakit itu. Allaah mudahkan hati Abi untuk bisa menerima kehendak-Nya. Dan semoga Allaah senantiasa menjaga keikhlasan hati Abi. Aamiin.

"Maaas, ini saaakiiit," rintih Ummi lemah. Abi dengan setia menemani dan mendampingi Ummi di ruang bersalin. Diberikannya support dan doa terbaik, sekuat jiwa dan raganya, untuk Ummi.

"Sabar, Dik. Allaah menguatkanmu. Aku mencintaimu, Dik," ucap Abi sembari mengecupi kening Ummi. Keringat dingin menyentuhkan hawa cinta di hati Abi. Yaa Rabb, berikanlah keselamatan kepada istriku dan anak kami. Aamiin. Pinta hati terdalam Abi.

Sekian menit setelah itu, dengan perjuangan Ummi yang teramat sangat luar biasa, lahirlah bayi mungil nan suci dari rahim Ummi. Tangisnya membawa kebahagiaan bagi semua. Terutama Ummi dan Abi. Gema tahmid dan takbir memenuhi ruang bersalin itu, dari semua yang ada di sana. Abi, dokter, suster dan juga Ummmi. Meskipun nyaris tak terdengar lagi suaranya. Abi bersujud di samping tempat tidur bersalin itu dan air mata syukur pun melaut luas. Kebahagiaan mendekapnya erat.

"Alhamdulillaah, Allaahu Akbar. Terima kasih, Rabb. Terima kasih," hanya itu yang sanggup Abi ucapkan. Hanya itu. Begitu banyak kata yang ingin diucapkannya namun sia-sia. Dadanya penuh sesak, setelah sekian jam lamanya mendampingi Ummi bejuang. Rasanya, lidahnya menjadi kelu. Satu hal yang dipetiknya, ternyata menjadi seorang ibu itu tidaklah mudah.

Bibir Abi bergetar, "Allaahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shaghiira. Aamiin," ucapnya, saat bayangan wajah Ibu bergelayut mesra dalam benaknya. "Allaahummaghfirlahaa warhamha wa'afihi wa'fu'anhaa. Aamiin" tambahnya lagi dan air matanya semakin deras mengalir.

Jerit tangis bayi mungil yang Allaah jadikan Anak Cintanya bersama Ummi, menyadarkan Abi. Melerai kecamuk dalam dadanya. Abi bangkit dari tempatnya bersujud.

"Suster, boleh saya serukan adzan untuknya sekarang?" Tanya Abi dengan diselimuti haru di hatinya. Suster mengangguk ramah dan mengangsurkan tubuh mungil yang terbalut kain bedong itu padanya. "Terima kasih, Suster," Abi menggendong bayi itu dengan sepenuh cinta.

Lalu, dengan syahdu, diserukannya Adzan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya. Bahagia. Haru. Bahagia. Haru. Bahagia. Haru. Dua perasaan itu mewarnai hatinya. Abi lebur dalam kesyukuran yang teramat dalam.

"Dik, terima kasih atas perjuangan kamu. Itu sangat istimewa dan luar biasa. Semoga Allaah merahmatimu, Dik." Bisik Abi lirih. Ummi semakin lemas. Wajahnya pucat. Di sana, melengkung senyum tipis dan manis. Senyum bahagia. Ummmi bergeming. Hanya mampu terpejam dan tak sepatah kata pun sanggup diucapkannya. Abi khawatir dan segera memberitahukan keadaan Ummi pada Suster.

Dengan cekatan, Suster mendekat dan betapa kagetnya Beliau karena ternyata Ummmi mengalami perdarahan. Plasenta masih di dalam dan ini bahaya. Melihat Suter panik, Abi menjadi bertambah khawatir.

"Dik, kamu nggak apa-apa, Dik? Kamu baik-baik saja kan, Dik?" Tanya Abi sangat panik. Diciuminya wajah Ummi bertubi-tubi. Dingin. Dingin! "Diiik, bangun, Diiik! Suster istri saya baik-baik saja kan, Suster?" Abi berdiri, dan mendekap Ummi. Memastikan, Ummi baik-baik saja dan ternyata, Allaah berkehendak lain.

Allaah telah memanggil Ummi. Innalillaahi wainna ilaihi raji'uun.

Mengenang hari itu, hati Abi seperti diiris-iris pisau paling tajam sedunia. Air mata tak bisa ditahannya lagi. Tangisnya pecah. Rimbun yang sedari tadi duduk di pangkuannya mendongak. Menatapi wajahnya.

"Abi nanis? Abi dak boyeh nanis. Udah becal," ucapnya lucu membuat Abi justru tambah menangis.

"Ya, Sayang. Abi nggak nangis kok. Abi hanya kangen sama Ummi," jujurnya sembari mengusap lembut kepala Rimbun. "Rimbun, kita bedoa untuk Ummi yuk? Rimbun kangen nggak sama Ummi?"

Rimbun mengangguk-angguk lucu. Baginya, Ummi adalah Bidadari. Bersemayam di Langit Cinta. Setidaknya, itu yang sering dikatakan Abi padanya.

***

28 Oktober 2015. Hari ini, usia Rimbun sudah genap tiga tahun. Abi bangun pagi-pagi sekali. Lebih awal dari biasanya. Semalam, sewaktu pulang kerja, belum sempat membungkus boneka Teddy Bear untuk Rimbun. Sepulang menjemput Rimbun dari TPA, Abi dan Rimbun jalan-jalan keliling kompleks. Setelah itu, shalat Maghrib di Masjid. Seperti biasa, selesai shalat Maghrib. Abi mengajar tahfidz disambung dengan shalat Isya'. Jadi, Rimbun pun diajak mengajar. Rimbun selalu terlihat bahagia. Dan, sepulan dari Masjid, tiba-tiba Rimbun rewel. Maunya digendong Abi terus. Sampai akhirnya tertidur.

"Semoga Allaah memberkahi umurmu, Rimbun Surgawi, Anak Cinta Ummi dan Abi. Semoga Allaah merahmatimu dengan cinta dan kasih sayang-Nya. Selalu dijaganya dirimu dari godaan dan bisikan syetan. Aamiin." Doa Abi, sembari membungkus boneka Teddy Bear kecil itu. Di sana, Abi menyertakan foto Ummi dan Abi. Dalam foto itu, Ummi yang sedang mengandungnya sedang duduk di kursi dan Abi tengah mencium perutnya. Foto yang indah.

---#---

Postingan terkait:

4 Tanggapan untuk "Boneka Teddy Bear Untuk Rimbun"

  1. It's an awesome writting No. Keep writting. Baca ini rasanya cmpr aduk. Sperti mkn sup buah. Keren deh pokokny.:)

    BalasHapus
  2. Sakura Sizuoka Posted By Admin22 Oktober 2015 pukul 20.42

    Thaaanks, @Merauke, :)

    BalasHapus
  3. hiks hiks :( luar biasa mewek

    BalasHapus
  4. Sakura Sizuoka Posted By Admin23 Oktober 2015 pukul 05.46

    @MyWapBlogPedia,
    :'( :'(

    Iyaaa, Kak. :'(

    :'( :'(

    BalasHapus