Mega Jingga Di Amsterdam (Roncean Monolog)

mega-jingga-di-amsterdam.jpg

Bismillaah

Amsterdam, 7 Nopember 2008

Dear Fatin,

Salju Lembut-ku

Di Surga

***

Lima hari telah berlalu, dan sepertinya, kau tidak pergi. Kau masih di sini, Fatin. Selalu di sini bersamaku. Kau tahu, Fatin. Aku bahkan bisa mendengar gelak tawamu yang biasa. Dan aku pun bisa melihatmu melukis di sudut kamarku. Lalu, aku bisa merasakan kau mencubit kecil lenganku saat aku melamun. Lalu, apakah kau pun tertawa bersamaku?

Sejujurnya, aku sangat sedih, Fatin. Sangat! Aku kehilangaanmu daan kini, aku nyaris kehilangan diriku sendiri karenanya. Boleh bertanya, Fatin? Mengapa begitu cepat kau pergi? Mengapa kau ingkar janji, Fatin? Kau ingat, kau berjanji, akan cepat sembuh. Cepat sehat. Kau akan menggendongku mengitari Sleedorntuin saat salju turun. Dan itu, tidak lama lagi, Fatin. Ya, seharusnya. Beberapa bulan lagi.

Aku menungguimu, Fatin. Menungguimu memenuhi janjimu itu. Dan, semuanya. Semua yang pernah kau janjikan padaku. Aku memahamimu, Fatin. Kau, tidak akan pernah ingkar. Kau pasti akan memenuhi janjimu, (bukan?).

Kini, musim gugur baru di pertengahan. Kau tahu? Setiap hari aku pergi ke sana. Kanal Bening kita. Menadahi guguran daun mapel dan menghitungnya. Memilih yang berwarna oranye saja dan membawanya pulang. Sama persis dengan yang kita lakukan. Dulu, duluuu ....

Fatin, Salju Lembutku. Maafkan aku. Sama sekali aku tidak menyalahkanmu. Ini bukan salahmu. Pun aku. Atau siapa saja. Ini, takdir Allaah. Maafkan aku, Fatin. Aku hanya sangat bersedih atas kepergianmu. Dan perasaan kehilanganku, tentu kau memahaminya. Aku menyayangimu. Selalu. Selamanya.

Jadi, ini masih normal kan, Fatin? Semoga ....

Aku berusaha untuk bisa tidur malam ini, Fatin. Dan aku berusaha untuk menjadi Tulip Merah-mu yang kuat dan tegar. Semoga, Fatin.

Love,

Your Tulip Merah

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mega Jingga Di Amsterdam (Roncean Monolog)"

Posting Komentar