Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

Bismillaah

---Tsun Dalam Dekapan Rindu---

Kerinduan. Satu hal yang begitu besar dirasakan Tsun saat ini. Menindih dan menghimpit hatinya yang semakin rapuh. Luruh lah air matanya oleh dekapan rindu yang kian erat. Kuat! Dilantunkannya doa-doa dengan segenap kekuatan cintanya, untuk Puri dan Buah Hati yang kini bersemayam damai dalam rahim sucinya. Ya Allaah, sungguh berat terasa. Sangat berat. Namun, kupercaya, ini adalah kebijaksanaan-Mu. Ini, adalah tanda cinta-Mu, Ya Allaah. Semoga Engkau senantiasa menjaga. Aamiin.

Hatinya terus berbisik mesra. Khusyu', memohon kepada Sang Maha. Semoga Puri dan Buah Hati senantiasa dalam penjagaan Sang Maha Pemelihara. Sehat, selamat tak kurang satu hal pun aamiin.

Tsun terkejut! Disadarinya sesuatu. HP. Ya, HP-nya bergetar-getar. Puri? Barangkali itu Puri, sebab ini sudah dua puluh empat jam dari sejak pernerbangannya kemarin pegi. Sudah sampai di Belanda kah? Oooh, aamiin, Ya Allaah.

Diremasnya HP butut itu, gemas. Ternyata, bukan Puri. Tapi, Mas Heidar. Dia mau ke rumah sebentar lagi, mau mengerjakan pengolahan data bersama. Tepatnya, Mas Heidar minta tolong Tsun untuk mengajarinya mengolah data. Itu, salah satu kelemahan baginya. Sementara, bagi Tsun itu sudah seperti camilan saja.

Dibalasnya SMS Mas Heidar: Nggih, Mas. Saya tunggu.

***

Tsun terbangun. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Napasnya tersengal-sengal. Jantungnya berdebar kencang. Ya Allaah, Puri ... Innalillaah. Astaghfirullaahaladhiim. Mimpi buruk. Segera Tsun meludah ke samping kiri, seperti yang disunnahkan Rasulullaah ketika mendapatkan mimpi buruk. Kini, pikirannya menerawang. Jauh, jauh sekali. Melanglang buana ke Leiden sana. Dimana, bayangan Puri menari-nari indah di pelupuk matanya.

"Kamu sudah sampai belum, Dik? Mas mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Buah Hati kita, Dik? Jaga diri kalian baik-baik," bisiknya lirih. Lirih sekali, hingga nyaris tak terdengar oleh telinganya sendiri. Diusapnya wajahnya yang kini basah oleh air mata. Ah, betapa rindu ini kian berat menindih. Kuatkan aku, Ya Allaah. Aamiin. Pinta hatinya, syahdu.

***

Baru saja selesai mandi, masih dalam balutan handuk, daan tiba-tiba surprise itu datang. Surprise dari Allaah: Puri menelepon. Hatinya melonjak-lonjak riang, dan segera ditekannya tombol berbicara di HP-nya.

"Wa'alaykumussalam, Mas," suara Puri renyah terdengar. Betapa bahagianya hati Tsun, tahu kalau Puri baik-baik saja.

"Bagaimana kabar kamu, Dik? Baik-baik saja kan, Dik? Bagaimana kandungan kamu?" Tsun tidak sabar ingin mengetahui kabar mereka.

"Alhamdulillaah, Puri baik, Mas. In syaa Allaah, semua baik, Mas. Mas, bagaimana?" Terdengar Puri tersenyum-senyum saat berbicara. Alhamdulillaah, Tsun semakin berbahagia. Syukur terlantun di kedalaman hatinya.

"Alhamdulillaah. Jaga diri kalian baik-baik, Dik. Mas setengah mati menunggu kabar darimu, Dik. Sungguh, rasanya Mas setengah hidup. Mas ... Halo, halo, Dik?" Yaaah, terputus. Jadi, Puri tidak mendengar apa yang dikatakannya barusan? Yaa Allaah. Jujur, pingin nangis. Kilah hatinya.

Namun, kesyukuran yang besar membuatnya mengurungkan tangis itu. Terpenting, Puri dan Buah Hati dalam keadaan baik dan sehat ....

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

Posting Komentar