Harus Kah Aku Menentang Allaah?

i-love-you-but.jpg

Harus Kah Aku Menentang Allaah?

A story by Sakura Sizuoka

Duh. Sedih. Innalillaah. Cinta itu memang fitrah. Tapi, jika yang fitrah itu disalah artikan, bisa menjadi fitnah. Terlebih jika dimanjakan dan dituruti semua keinginannya, duh, bisa-bisa semua menjadi hancur berkeping-keping. Seperti Titanic yang ditabrakkan karang sama Allaah dulu itu. Wiiih, ngeri juga ya, perkara cinta? Eh. Aku sih, belum tahu ya, bagaimana kalau aku jadi Biyan.

Biyan itu, sahabat dekatku. Katanya sih, sedang broken heart. Eh. Artinya? Hatinya pecah? Duh. Sakit banget pasti ya? Kalau aku sih, emoh. Ogah! Sayang kan, hatiku cuma ada satu. Ada dua, tiga atau sepuluh pun tetap sayang kan? Hati itu kan amanah Allaah, jadi kalau kita memecahkannya, harus menggantinya dong? Teruuus, bagaimana menggantikannya? Fiiiuuuh, ada-ada sih Biyan. Lagian, tadi kulihat dadanya masih utuh kok. Jadi, bagaimana bisa pecah sih hatinya? Bagaimana bisa hancur? Eeeh. Maaf, back to cinta. Eh, salah. Back to Biyan.

Pekan lalu, Biyan datang ke kost-anku, sambil menangis. Katanya, Pedro, cowok yang dipuja-pujanya penuh cinta itu selingkuh? Haaa? Apa lagi itu selingkuh? Sama korupsi, siapanya? Tahu, ah! Pusing aku mengurusi Biyan. Mana ditanya selingkuh itu apa dia malah tambah menangis sekeras-kerasnya lagi! Sampai semua orang berkerumun di depan pintu kamar kost-ku. Memalukan sekali tidak sih?

"Selingkuh tuh ya selingkuh, O! Masa nggak tau sih? Iiih, kamu ini remaja apa anak kecil sih?" Ratapnya. Oh, selingkuh itu selingkuh? Jiaaah, tidak ada terjemahannya dong? Langka banget ya, yang namanya selingkuh? Jadi penasaran.

"Yaaah, remaja, laaah! Masa anak kecil udah kuliah semester tiga sih, jangan kacau dooong. Any way, memangnya Pedro nyakitin kamu, By?" Tanyaku yang berujung dengan dipukuli Byan pakai guling sampai babak belur badanku. Laaah, memangnya salah ya pertanyaanku?

"Yaaa aaampuuun, O? Ya jelas nyakitin laaah, Pedro itu selain pacaran sama aku, juga pacaran sama Jihan! Itu loh, anak IPA!" Semprot Biyan, sambil melotot ke arahku. Oooh, duuuh, maaf deh. Aku kadang disconnected. Jadi, selingkuh itu pacarnya dobel-dobel. Ngomong dong dari tadi. Tidak usah pakai acara muter-muter segala. Seperti kincir angin saja. Eh, kincir angin kan berputarnya indah. Lah ini, Biyan? Bikin pusing! Coba dari tadi bilang, "O, Pedro nakal! Dia ngeduain aku sama Jihan ...," lebih jelas kan?

Aku diam. Melongo. Itu hasilnya, dan sekali lagi Biyan mengamuk. Kali ini tidak main-main, aku diguyurnya pakai air putih yang ada di gelas bening kesayanganku. Jelas, aku geragapan. Pingin ngomel juga sebenarnya. Tapi tidak tega. Kasihan Biyan.

"Yeee, maaf, By. Beneran aku kaget. Kok bisa sih Pedro begitu? Terus kamu bagaimana?" Kami bertatapan sekarang. Posisi kami sangat dekat. Kupertajam bola mataku untuk menyusupi matanya. Eh. Tapi, beneran kok. Penasaran saja, mengapa Biyan memutuskan untuk pacaran. Padahal sudah jelas dan sudah paham kalau Allaah melarangnya. Biyan juga sudah paham, kalau Allaah melarang, itu artinya banyak hal yang madharat di dalamnya. Duuuh, Yaa Rabb, tunjukilah sahabat dekat O'hara ini, kebenaran. Aamiin.

"Yaaah, aku nggak tahu, O. Huaaaa," tangis Biyan pecah. Duh. Padahal kan tadi sudah berhenti nangisnya. Hikaaa. Aku mendadak sedih. Ya, kami kan bersahabat dekat sejak SMA. Menjalani hari demi hari dalam suka dan duka bersama. Meski banyak perbedaan yang ada di antara kami, tapi kami sama-sama berjuang untuk bisa berjalan berdampingan. Salah satunya, aku sudah mengambil keputudan untuk tidak berpacaran sejak kelas 11, sejak ikut liqo' pertama kali. Eh, Biyan kebalikanku. Dia malah sudah pacaran beberapa kali. Padahal, aku sudah sering menasihatinya. Murabbi juga. Tapi, ya, bagaimana lagi. Hati manusia kan milik Allaah. Hanya bisa mendoakan yang terbaik.

Byan memangis sesengguan dalam pelukanku. Ah, rasanya dadaku sakit. Hatiku sakit. Bingung, apa yang bisa kulakukan untuk membantu Biyan.

"By, kamu tenangin diri dulu, ya? Aku percaya, kamu kuat. Allaah kuatkan kamu, By. Oh, ya, jangan lupa! Ambil hikmahnya, By. Semua Allaah jadikan dengan hikmah kok." Kataku selembut mungkin, teriring Ayat-ayat Allah yang kulantunkan dalam hati. Semoga, Allaah kuatkan Byan. Allaah mudahkan segala urusannya. Aamiin.

*

"Ooo, lihat, aku punya berita gembira! Eh. Assalamu'alaykum," Biyan datang ke kost-anku pagi-pagi sekali. Tumben, ini kan hari Sabtu. Sekolah libur.

"'Alaykumussalam, By. Masuk aja, By. Tidak dikunci," aku menyambar kerudung dan secepat kilat mengenakannya.

"Ooo, aku sudah putus sama Pedro. Dan aku janji, nggak akan pernah pacaran lagi. Janji, janji, janji!" Biyan heboh, sambil merangkulku kuat-kuat. Ah, saaakiiit. Hekekeke.

"Alhamdulillaah, akhirnya kamu sadar juga, By. Any way, itu tadi janji sama siapa?" Tanyaku sambil menatap Biyan usil. Biyan mendelik dan tanpa ampun mencubiti pipiku. Kontan aku menjerit-jerit sakit.

"Ya sama Allaah dong O, sama diriku sendiri." Ucapnya mantap dan aku pun sangat bersyukur. Alhamdulillaah. Terima kasih, Rabb, Engkau berikan kesadaran kepada sahabat tercintaku ini dan semoga Engkau mengampunkannya. Aamiin.

---#---

Postingan terkait:

3 Tanggapan untuk "Harus Kah Aku Menentang Allaah?"

  1. Awesome! Singkat padat berisi. Suka ini. No. Lanjutkan!

    BalasHapus
  2. @Lyla,
    Hekekeke. Biasanya, Lyla ituuuh kalau memuji ada maksudnya hakakaka.

    Any way, thaaanks, La. :)

    BalasHapus