Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

---Puri Dan Buah Hati---

Leiden, Kota Kecil-nya yang begitu indah, menebarkan aroma sesemian yang mewangi harum. Menelusup lembut, hingga jauh ke dalam relung hatinya. Puri. Di pagi yang cerah itu, tengah duduk di atas sofa merah maroon di kamarnya. Memandangi gelaran ceria di luar sana melalui jendela kaca. Gordennya yang sewarana sofanya, hanya dibukanya seperempat jendela saja. Yaaa, begitulah Puri menikmati pagi sembari mengusap-usap perutnya mesra, penuh cinta.

"Assalamu'alaykum, Sayang. Apa kabarmu di rahim Ummmi? Semoga Allaah senantiasa menjaga, Sayang. Aamiin. Kau tahu, Sayang? Ummi dan Abi sangat mencintaimu. Sepenuh hati," bisiknya lembut dengan wajah berbinar. Kebahagiaan sempurna terpancar dari wajah ayunya. Puri mendesah, mengingati Tsun yang kini berada jauh darinya. Di Jakarta, Indonesia. Tiba-tiba, bongkahan rindu menindih kalbunya.

Tanpaa disadarinya, kristal bening bergulir perlahan membasahi pipi gembilnya.

"Mas, sedang apa di sana? Puri rindu. Semoga Allaah senantiasa menjaga Mas," bisiknya, sembari mengusap kristal-kristal bening itu. Ia, tidak ingin menjadi rapuh. Ingin mengajarkan kepada Buah Hati, sebuah ketegaran. Sebuah kekuatan. Dalam menghadapi kehidupan. Puri tersenyum, tipis. Senyum yang menyemukan sakit. Menahan rindu, benar-benar hal yang sulit baginya.

"Sayang, bersabar ya? Kita doakan Abi, ya? Semoga Allaah selalu menjaga. Kita harus kuat, Sayang. Doakan Ummi ya, Sayang? Dimudahkan dalam segala urusan, dan bisa segera berama Abi lagi. Aamiin," ucapnya. Kini, perasaan lega, membuncah di hatainya. Pasrah dan berserah diri kepada Allaah, menjadikan hatinya lapang.

***

Puri bergegas turun. Didengarnya suara Mama memanggil, "Honey, Tsun menelepon!" Baru saja Puri mau berlari menuruni tangga seperti biasa dan teringat Buah Hati yang kini dikandungnya. Akhirnya, Puri berjalan dengan hati-hati, senyum simpul melengkung di bibirnya.

Sebenarnya, kasihan Mas kalaau harus menelepon. Pasti mahal sekali. Ah, kalau begitu, nanti aku harus mengganti SIM Card dulu. Biar bisa BBM-an sama Mas. Kalau perlu, aku akan men-down load Line saja. Biar free phone. Yippieee!

Hatinya melonjak-lonjak bahagia. Sekian menit setelah itu, ruang keluarga yang terlihat begitu redup dan damai itu dipenuhi tawaa dan canda mereka. Sepasang Jiwa yang dilanda asmara, terpeluk rindu nan dahaga.

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

Posting Komentar