Mukena Merah Maroon

Bismillaah

Mukena Merah Maroon
A monolog by Sakura Sizuoka

Allaahu Akbar
Allaahu Akbar
Allaahu Akbar
Laailaaha illallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar walillaahilhamd

Air mata terurai juga. Melinang, tumpah ruah bersama alunan syahdu takbir di kebeningan kalbu. Rasanya, seperti terlempar ke tujuh tahunan silam. Saat Papa, Mama dan aku shalat Idul Fitri di Amsterdam, Masjid Euro Muslim. Bahagia tiada terkira di tengah takbir menggema.

Saat khutbah berlangsung, sebisa mungkin,aku tetap duduk tenang bersama Mama. Ingat pesan Papa, "Mendengarkan khutbah dengan tenang itu istimewa, Little Angel," dan aku sama sekali tidak "berani" berkutik. Bukan karena takut sama Papa, tapi karena ingin mendapatkan keistimewaan dari Allaah Ta'ala.

Tapi, tidak tahu kenapa, tiba-tiba konsentrasiku buyar!
Awalnya, aku hanya iseng, mengedarkan pandangan ke sekililing dan tahu-tahu mataku sudah nyangkut di sana. Anak seumuranku dengan mukena merah maroon di pojok kanan bagian depan. Sepertinya, aku pernah meilhatnya di Sleedorntuin. Bertemu malah. Tapi, siapa ya?

Benakku berkecamuk!
Mengingat-ingat, siapa dia. Kakak dengan mukena merah maroon itu. Dalam hati, berharap Kakak itu menoleh dan aku bisa dengan jelas memperhatikan face-nya. Satu, dua, tiga detik berlalu dan tahu-tahu, Allaah kirimkan keajaiban!

Kakak itu menoleh. Tidak ke arahku, memang. Tapi, aku bisa melihatnya dengan lebih jelas. Daaan ... "Kak Caroline?" Panggilu setengah berteriak. Kontan, aku menjadi pusat perhatian. Semua jamaah menoleh ke arahku serempak. Ups, maaf deh. Lupa kalau sedang ada khutbah. Yaaa, habis bagaimana bisa aku tidak heboh?

Itu, Kak Caroline yang dulu, waktu baru pindah ke Leiden dari Amerika ingin memeluk Islam. Dan kini, dia tengah shalat bersamaku! Allaahu Akbar. Selamat datang di izzah Islam, Kak Caroline.

Nah, iya, aku ingat!
Kami, pernah bertemu di dekat gereja Mirenwijk.
Waktu itu, dia mau ke gereja dan aku sedang muraja'ah di jembatan kayu ... "Hellooo, kamu membaca apa? Sedang apa?" Kak Caroline mendekatiku dengan sopan. Mungkin, dia mendengar Surat Al-Waqi'aah yang sedang kubaca tadi.

"Hellooo, Okino sedang membaca Al-Waqi'ah," kataku santun.

"Oh, apa itu?" Kak Caroline terlihat bingung, lalu menambahkan, "Suara kamu indah!"

"Ayat-ayat Allah yang indah. Kakak mau baca juga?" Aku menawarkan.

"Sorry, aku harus ke gereja. Boleh tahu kamu? Eh, siapa tadi? Yukino?"

"Okino, Kak dan Kakak?"

"Caroline. Boleh tahu di mana rumah kamu?"

Kuberi tahu alamat rumahku dengan detail.
Kak Caroline terlihat senang sekali, dan berjanji mau main kerumah Sabtu depan. Sayang sekali, waktu dia benar-benar ke rumah, aku sedang tak di rumah. Ikut Papa ke Belgia. Jadi, Kak Caroline mengobrol bersama Mama. Dari Mama aku tahu, Kaka Caroline ingin sekali memeluk Islam.

Jadi, pertemuan di jembatan kayu Mirenwijk itu, pertemuan pertama sekaligus terakhir kami sebelum hari ini. Ya Allaah, alhamdulillaah.

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mukena Merah Maroon"

Posting Komentar