Masiih Tentang Segunung Rindu

Bismillaah

Masih Tentang Segunung Rindu
A poetry by Sakura Sizuoka

Ini, tak bisa kucegah, Dik. Bahkan oleh gemuruh hati yang sedingin es, membeku!
Kau bisa membayangkan bukan, betapa dahsyatnya ketika es bergemuruh?
Hingga akhirnya, hanya ini yang sanggup kulakukan saat ini, mencoba melukiskannya meski tak jua mewakili
Semoga, bisa sedikit menciptakan refleksi bagi segunung rindu berkawah mimpi dan asa ini, Dik
Tentangmu, hatimu dan tentangku juga hatiku ... Ah, bagaimana bisa jemari ini menarikan kanvas untuk melukiskan sebuah cerita tentang hati, sementara kita tahu Dik, hati itu suci tak terjamah kecuali oleh Pemiliknya

Izinkan diri ini, Dik. Merampungkan lukisan ini, hingga sampai pada titik terkecil bernama langkah kaki terayun menujumu dan persemayaman suci itu
Menjemputmu, sebagai permaisuri yang akan mendampingiku di atas singgasana cinta, di dalam surga kecil kita
Kelak! Saat Allaah, menyatukan kita untuk menjadi pasangan jiwa nan abadi delam ikatan cinta suci-Nya
Tersenyumlah, Dik. Berbahagialah! Meski jalan ini berkelok-kelok, penuh dengan tikungan tajam yang diwarnai oleh tanjakan dan turunan, kita yakin ... Allaah akan sampaikan kita pada muara cinta-Nya

Lukisanku hampir usai, Dik. Lihatlah! Pantai memutih damai dalam deburan ombak menyerabut pepasir, matahari memandinkannya dengan sinar cerahnya
Luas, seolah tiada tepian membingkainya. Seolah langit dan laut berhadap-hadapan tanpa berkedip sekali pun, mesra!
Dan di sana, seorang lelaki sederhana, duduk di atas pepasir memandangi balapan gelombang, menggulung-gulung riang!
Seolah kudengar derunya, mirip klakson motor balap dan suara decit remnya memecah kesunyian semesta. Byuuur, byuuur, byuuurrr!
Meneriakkan asa dan simpanan mimpi yang masih belum selesai dimainkan ... Kau tahu, Dik. Lelaki sederhana itu, aku. Menunggumu dengan segunung rindu!

Leiden, 19 Juli 2015

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Masiih Tentang Segunung Rindu"

Posting Komentar