Serial: Catatan Mamak Tangguh (02)

Bismillaah

Aku tumbuh menjadi Cenil yang adalam arti lain vampire. Vampire yang hidupnya, geraknya, pola pikir dan emosinya bergantung pada remote controll yang dikendalikan tiga tangan. Tangan jahat. Mamak, Bapak dan Budi. Bahkan, aku hanya bisa berkata ya, dalam bentuk apa pun. Ya dan ya. Mereka memanfaatkanku? Karena aku polos? Karena aku lugu? Karena aku lemah? Karena aku tak berdaya? Karena aku tak bisa berkata tidak? Aku tidak tahu (waktu itu) tapi setelah kupikir-pikir lagi, rasanya memang benar, mereka memanfaatkanku!

Menyetirku saja, takkan cukup untuk menggambarkan perlakuan kejam mereka terhadapku. Sungguh! Aku terlalu mengalah emmm selalu mengalah. Mungkin, itu salah satu faktor besar mereka menekanku. Jadi, mereka bisa berbuat apa saja padaku. Termasuk, menjamah semua yang seharusnya menjadi privacy-ku. Sungguh! Aku tak pernah marah, memang. Tapi, aku selalu sedih. Patah hati! Cemburu!

Mamak dan Bapak, lebih memcintai Budi dari pada aku. Ini bbukan kesmpulanku. Bahkan, mereka secara terang-terangan mengungkapkannya padaku.

Entahlah ... Kata mereka, karena Budi eprnah tertabrak mobil sewaktu masih TK. Dan gara-gara itu, Mamak dan Bapak memanjakannya seutuhnya.

Oh ya, jelas. Sangat jelas! Bagaimana mereka tidak lebih mecintai Budi? Dari nama yang mereka berikan kepada kami saja sudah sangat terlihat. Cenil dan Budi. Jauh sekali kan? Tak habis pikir aku!

Tentang Budi pernah ketabrak motor itu, mereka selalu saja mengatakan pada semua orang, "Budi itu nyawa anugerah," maksunya, Budi itu nyawanya sangat berharga. Luar biasa istimewa. Waktu ketabrak mobil dulu itu, Budi sempat mengalami kritis beberapa hari dan kaki kirinya patah. Dirawat berbulan-bulan di rumah sakit.

Oke, oke .... Aku ngerti kok! Aku maklum!

Musibah itu juga yang selalu dijadikan tameng bagi mereka untuk menuruti apa saja yang diminta Budi. Apa saja yang diinginkannya. Semuanya, tanpa kecuali! Karena musibah itu juga, Budi menjadi anak emas di mata Mamak dan Bapak. Anak Emas yang selalu menjadi kebanggaa. Anak Emas yang kepadanyalah Mamak dan Bapak menggantungkan harapan akan indah dan gemilangnya masa depan.

Aneh tidak sih? Naif tidak? Boleh aku bertanya, mengapa tidak aku saja yang kecelakaan? Yang kritis? Yang patah tulang? Aaah, menyakitkan tidak sih? Jika akibatnya aku dijadikan gedubal, jelas sangat menyakitkan!

Aku? Masa depanku? Terlupakan sudah! Mereka melupakan dan mengabaikanku!

Bersambung

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Catatan Mamak Tangguh (02)"

Posting Komentar