Telur Paskah

Bismillaah

Telur Paskah A story by Sakura Sizuoka Based on a true story

Apakah aku baru saja bermimpi dan kini mimpi itu sudah selesai? Lalu, siapakah dia, Kakak Baik Hati dalam mimpiku itu? Ummm, dia datang di liqo sore dan menitipkan kado ini untukku. Ustadzah yang menerimanya.

"Tadi, Nohara sedang tasmi' waktu dia menitipkannya. Bukalah!" Ustadzah mengangsurkan kotak kecil yang dibungkus rapi dengan kertas kado bercorak tulip merah kecil-kecil ada beberapa kincir angin di sana. Siapa dia? Bagaiamana dia tahu, aku suka sekali tulip merah dan juga kincir angin? Ummm, apakah kami saling mengenal? Tapi, Ustadzah bialang, "This is for Sakura ... Begitu katanya," Sakura? Seingatku, di sini, teman-teman dan sahabatku selalu memanggilku dengan Okino, Nohara, Oca, dan bukan Sakura? Silent follower? But, who is that?

Aaah, who ever that may be, yang penting sekarang kado ini sudah di tanganku dan segera membukanya akan menjadi jauh lebih baik. Tunggu, tadi aku menyebutnya Kakak Baik hati. Ummm, aku tidak mengatakan, orang yang memberiku kado itu Baik Hati. Tapi, bagiku, memberi julukan yang baik dan menyenangkan itu, luar biasa istimewa! Any way, dibuka sekarang atau nanti yaaa? Hihi.

"Jazakillaah khayra, Ustadzah. Boleh Okino buka nanti?" Iyeees, maksudku, malu kan membukanya di depan Ustadzah. Duh,sejak kapan ya, aku malu-malu begini sama Ustadzah? Padahal, selama ini, Ustadzah sudah seperti diary-ku saja, kan? aneh!

"Iya, shalihah. Tidak apa-apa. Kalau ada yang tidak hasan, kasih tahu Ustadzah ya?" Iyeees, thaaanks. Pasti, Ustadzah. Tapi, sepertinya tidak kok. Hihi. Aku mengangguk mantap, yakin, wajahku merona merah jambu deh. Pipiku terasa lebih hangat!

***

Baru saja selesai shalat isya'. Langsung masuk kamar, setelah mengobrol sebentar sama Mommy tadi. Iyeees, itu ritual setelah makan malam di rumah ini. Mommy akan mengajakku sharing atau mendiskusikan hal-hal yang terjadi seharian tadi. Tentang sekolah, mengaji, muraja'ah, LIM, dan kegiatan tambahan dari sekolah. Aku mengikuti kelas menulis. Itu, juga sudah kudiskusikan sama Mommy dan Mommy mendukungku. Yeeeaaah, menyalurkan hobi dan bakat (kata Mommy dan Bu Rossa). Hekekeke. Jujur, aku tidak tahu, apakah berbakat menulis atau tidak. Yang jelas, aku suka menulis. Sejak lima tahun malah. Ingat, catatan pertamaku yang berisi nama kami: Daddy, Mommy dan aku. Hakakaka.

Any way, lampu kamar sudah kumatikan. Terlalu awal ya? Tapi, rasanya lelah sekali, ingin istirahat sebentar sebelum nanti muraja'ah. Bismillaah.

Oh iyeees, kado itu? Where is it? Mengingatnya, aku jadi mengurungkan niat untuk istirahat. Menyalakan lampu dan mencarinya di laci meja belajar. Kusimpan di sana tadi, selesai liqo'.

Ummm, penasaran merambati benakku. Dari siapa ya? Isinya apa? Dalam rangka apa? Aku tidak sedang ulang tahun atau merayakan sesuatu! Berkenalan? Oooh, so sweet! Berkenalan dengan mengirimkan kado? So speciall!

Mengingatkanku pada Zain dan Fatin! Hakakaka. Apakah Allaah mengutus Sahabat Sejati lagi untukku? I mean, setelah Fatin tiada dan Zain menikah? Oh, so sweet (lagi) dan romaaantisss!

Tiba-tiba, hatiku bergolak! Ah, entahlah! Aku tidak suka kedekatan, persahabatan atau apa pun yang sifatnya "merambah" privacy-ku! Yeeeaaah, ini karena aku sedang bermasalah dengan "kepercayaan" kau tahu kan? menyakitkan! Di saat aku sudah benar-benar percaya dan disakiti, dikhianati ituuu ... Kejahatan!

Eh. Bukan Fatin dan Zain yang melakukannya. Tapi, orang lain yang "mengaku" dan memberiku "label" sahabat! Kau tahu kan?

Well, ada baiknya, kado ini aku abaikan saja! Eh. Tunggu dulu! Masa begitu? Aku, sejahat itu? Mengabaikan kado yang artinya rizqi minnallaah? Oooh, tidaaak! Fabiayyi aalaairabbikuma tukadzdzibaaan? Ah, buka! Buka! Bukaaaa, Okinohara!

***

Aku tertidur? Jadi, dalam jiwa yang bergolak itu tadi aku tertidur? TERTIDUR! Dan, lampu masih menyala terang benderang! Ummm, kasihan ... Krisis kepercayaan membuatku trouble. Oooh, kado itu? Yaaah, masih terbungkus rapi! Jadi, aku benar-benar tertidur? Ini, masalah! Oh, tentu tidak terlalu bermasalah, kelelahan bisa membuat siapa saja tertidur bukan?

"Honey, belum tidur?" Mommy mengingatkanku dai Baby phone. Eh. Jangan salah paham. Aku bukan bayi lagi, tapi, Mommy masih menggunakan Baby Phone itu untuk menghubungiku ketika di dalam rumah. Sama-sama di dalam rumah, maksudku. Hihi. Kau tahu, aku sudah tujuh belas tahun lebih!

"Sudah, Mooom. Eh, iyeees, Moooom. Sebentar lagi!" Eh. Lucu tidak sih? Aku menjadi gugup begini. Lega, Mommy tak menjawab. Artinya, masih ada waktu untuk benar-benar membuka kado itu. Gooo ...!

Whaaat? Telur paskah plastik! Lihat, ini lukisan pasta. Kakak itu, membuatnya untukku? Eh. Dia tahu aku muslimah kan? Ummm, maksudku, mengapa mengirimiku telur paskah? Untuk? Dalam rangka?

Membolak-balikannya dengan bingung. Kuamati dengan seksama, inchi demi inchi. Indah! Lukisan pasta yang lenbut dan halus. Ukirannya, menandakan yang membuatnya profesional. Kakak itu? Aaah, semakin penasaran? Siapa siiih, hellooo? Any body home? Eh. Pertanyaan yang salah!

Penasaran, membuatku besikap jeli! Meneliti sampai titik terkecil dan kau tahu? Ada surat yang direkatkan di belakang kotaknya!

Dear Sakura,

Sorry ... Will you marry me? I'm not moslem, you know! But, I'll lovely to be a good moslem if you accpeted me in your life! How is it?

Love, Franklin Van Houten

Whaaat? Astaghfirullaahaladhim? Marry? Menikah? Oooh, lampuuuu switch oof your self! Soon! Okinohara membutuhkan kegelapan eh temaram eh kamar yang tidak terang!

Franklin? Siapa dia? Oooh, ini namanya masalah! MASALAH BESAR!

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Telur Paskah"

Posting Komentar