Serial: Catatan Mamak Tangguh (04)

Bismillaah

Sekali lagi, kembali kepada kenyaataan yang tak berpihak padaku. Tidak adil! Ini, tidak adil. Karena aku tidak mendapatkan semua yang menjadi hakku. Hak untuk bebas berkarya! Hak untuk bebas berimajinasi dan menuliskannya dalam cerita-cerita indah.

Itu salah satunya. Dan, yang paling penting adalah hak untuk hidup bebas dan berbahagia dalam hidup.

HAK UNTUK HIDUP

-menyalurkan bakat -menempa diri -menjadi permata murni

*kemana mereka?*

-saat aku butuh pulpen -saat aku butuh kertas -saat aku butuh telinga jiwa yang dengan tulus mendengarkanku -saat aku butuh mata jiwa yang dengan tulus menatapku, mempehatikanku -saat aku butuh bibir manis yang menyunggingkan senyum indah merekah, menyemangatiku -saat aku butuh usapan kasih -belaian cinta -dekapan sayang

Di mana kah Mamak dan Bapak? Saat itu ... Di mana? Tidur kah mereka dalam buaian mimpi?

AKU TIDAK MENYALAHKAN

Aku hanya mengungkapkan, bahwa aku, selalu salah di mata Mamak dan Bapak.

Aku salah! Salah! Salah! Salah! Salah!

Salah, karena terlahir dengan postur tubuh yang seperti ini. Pendek dan kecil. Berkulit hitam. Tidak cantik. Jemariku tidak lentik, dan selalu mereka mengatakan aku cacat karena jemariku bujel.

Oh, iya, apa karena ini kah mereka menamaiku dengan Cenil?

YA

Dibandingkan dengan Budi, aku bukan apa-apa. Budi yang perawakannya tinggi besar. Cakep dan cerdas. Selalu berprestasi. Mandiri dan punya banyak teman.

YA

Aku tahu dan sekali lagi, aku tidak menyalahkan siapa pun. Bukan juga menyalahkan keadaan. Aku hanya sedih, ketika akhirnya menyadari, kenapa aku selalu salah?

Bersambung

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Catatan Mamak Tangguh (04)"

Posting Komentar