To: Langit Pagi Sleedorntuin

Bismillaah

Assalamu'alaykum, Angkasa Indah
Izinkan hati ini melebur dalam debur dzikir
Kepada Rabb yang menciptakan kita
Sungguh, Dia Maha Sempurna dalam Penciptaan-Nya

Hellooo, awan putih selembut sutera, jadi ingat kain sutera yang dikirimkan Eyang putri, meski takkan pernah menyamai kelembutanmu
Aku tetap selalu sama, mengagumimu, terlebih pada tarian-tarian gemulaimu, memesona ruh inderaku
Kau tahu, terkadang aku mengikuti gerakan jemarimu, ke kanan dan ke kiri, menyaput wajah ayu Angkasa Indah
Hatiku, ditendang-tendang haru, menyeruakkan rindu pada telaga bening di mata lalu, merembeslah airnya hingga ke pipi tembam ini

Hellooo, Sun! Binar wajahmu, melukiskan cerah. Hangatmu merangkulkan hidupnya bara semangat. Peluk erat, Sun! Jangan lepaskan, biarkan aku mati kepanasan! Haha
Hari ini, semua mimpi telah tersaji di hadapanku, tertata rapi bak permata yang baru dikutip dari lautan
Menghamparkan luasan jangkauan masa depan, aku dan partikel-partikel kecil semesta jagat
Hei, lihat! Aku tak sendiri, Sun! Ada jutaan tangis dan genanagan air mata di sana! Aku tak sendiri, tidak pernah!

Semilir angin, Sleedorntuin, selamat pagi!
Bersepeda mengelilingi kebun apel menjadi pilihan tepat, sepertinya
Atau, sekedar menyelesaikan membaca Moga Bunda Disayang Allah-nya Tere Liye ... Minum tea di kinder Burderij?
Aaah, rasanya semua akan diarungi dengan indah, manakala diriku bangkit dari keterpurukan ini! Berdiri!

To: Langit Pagi Sleedorntuin, tersenyumlah!
Anak Negeri Kincir Angin ini telah berbahagia kembali
Dia akan menjadi wanita shalihah dan Bidadari Surga baginya, seorang hamba yang dicintai dan mencintainya karena Allaah
Dia akan berdiri tegak, menghadang panasnya matahari!


Leiden, 22 Juli 2015

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "To: Langit Pagi Sleedorntuin"

Posting Komentar