Rindu Dalam Setangkup Pukis

Bismillaah

Rindu Dalam Setangkup Pukis A poetry by Sakura Sizuoka

Inlah rindu itu, yang acap kali menendangi ruang batinku tanpa peduli sakitnya aku Ini bukan copy paste selarik syair, tapi sungguh Dlam setangkup pukis itu, tertulis namamu Di atas parutan keju, anggun menyunggingkan senyum manis itu

Kau tahu? Toko Indonesia di pusat kota masih sama seperti dulu, Fatin Setiap Sabtu begini, ramai dikunjungi orang-orang Indonesia yang bermukim di Belanda ini Salah satunya, aku, seperti hari ini Mengantongi shopping list yang dituliskan Mama dan menggendong tas ransel bercorak batik, kau ingat, aku membelinya di malioboro

Satu, yang menarik perhatianku, yaaa, Kedai Pukis Jos Gandos Kau benar sekali, Fatin! Penjualnya masih sama, Pak Edy dan Om Hamid Mereka langsung mengenaliku tadi, saat melihat fashion style-ku yang sangat asing ini Haha ... Alhamdulillaah, "Hello, Nohara! Hoe gaat it? Alles goed?"

Khas! Dengan ramah yang alami, terpancar dari senyum tulus mereka, tentu kau ingat ini Langsung kepesan dua pukis, setangkup tepatnya Aku selalu ingat, kesukaanmu, Fatinku Pukis coklat bertabur keju!

Ini, untukmu. Aku memesan dua yang sama, mesra bukan? Akan kah kau menemaniku makan di sini, Fatin? Lalu, dengan ekspresi terhanyut dalam taste, wajahmu terlihat berbinar Seolah, matamu mengatakan, "Yummy, hoor!" Hakakaka

Fatin ... 2015, enam tahu setelah kepergianmu Tak satu jejak pun kulupakan, jika itu jejak kasih kita Tak satu hal pun kuabaikan, jika itu tentang kita Kau, setangkup pukis dan diriku, terikat dalam pita indah berwarna merah tulip yang kuberi nama rindu!

Leiden, 25 Juli 2015

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Rindu Dalam Setangkup Pukis"

Posting Komentar