Serial: Catatan Mamak Tangguh (03)

Bismillaah

Atau, kalaupun tidak tepat untuk dikatakan mengabaikan dan melupakan, Mamak dan Bapak seolah menyingkirkanku. Memintaku--tepatnya mengharuskanku--untuk ikut memanjakan Budi tanpa memperdulikan bagaimana sakitnya perasaanku. Oke, mereka memang tidak mengatakannya! Mereka tidak mengungkapkannya. Tapi, sikap merekalah yang berbicara dengan jujur padaku. Pada semua orang dan kehidupan. Ya, mereka! Mamak dan Bapak. Bahkan, mereka tega membandingkan aku dan Budi.

Mengapa harus dibandingkan? Bukan kah kami memang tak sama? Bukan kah kami memang jauh berbeda? Bukan kah mereka memang selalu membeda-bedakan kami?

JELAS BERBEDA!

Aku bukan Budi! Bukan Mamak! Bukan Bapak ataupun orang lain Aku, diriku sendiri Cenil!

Berbeda Aku. Dalam diamku, di atas singgasana megah kerajaanku. Hayalanku memegang tampuk kepemimpinan. Angggun, bersahaja, berwibawa. Senyumku, bagai embun pagi hari. Tertawaku, bagai matahari sat terbit. Mataku, menyorotkan purnama. Wajahku, menyemukan merah jambu menawan rindu. Aku. Ratu imajinasiku.

Apa salahku dengan semua itu? Tidak ada yang salah bukan? Itu kan, hakku seutuhnya. Karena itu hidupku. Diriku seutuhnya. Harusnya, itu tidak dipandang sebagai sebuah kesalahan. Harusnya, aku diberikan ruang. Diberikan waktu. Diberikan kesempatan seluas-luasnya. Untuk bisa menjadi ratu seutuhnya dalam imajinasiku itu.

Aku ingin bebas! Berimajinasi dan berkarya!

Ratu Imajinasi

Menuntun tanganku Memberikan pena untuk menari bersama jemariku Lalu, menuangkan semuanya Tak tersisa Meski sekecil biji sawi!

Menulis

Menulis Menulis Menulis Andai itu terjadi, mungkin saat ini novel-novelku sudah menjadi novel-novel best seller yang dinikmati oleh jutaan pembaca. Andai .... Andai, andai!

ANDAI

Bersambung

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Catatan Mamak Tangguh (03)"

Posting Komentar