Serial: CMT (06)

Bismillaah

RATU IMAJINASI

Keributan demi keributan yang terjadi, menaburkan air garam di atas luka hatiku yang menganga. Kehancuran rumah tangga Mamak dan Bapak, membuatku bertekad bulat untuk melepaskan diri dari tali yang memancangku pada patok kaayu. Aku lepas!

LEPAS!

Bagai anak kambing terlepas dari talinya, aku lari tunggang langgang di alam bebas! Apa yang kucari? Aku tidak tahu! Hanya, merasakan sensasi bebas! Sensasi terlepas dari jeratan jahat!

Liar? Aku tak ingin menjadi liar! Jujur, aku tak inginkan itu!

Sekarang, aku hanya merasakan satu hal: Merdeka!

Benarkah aku sudah merdeka? Pada kenyataannya, aku tidak tahu. Tapi, setidaknya aku berhasil melepaskan diri dari tali dadung itu! Yaaah, aku lepas Tak terikat! Hakakaka. Tak perlu lagi meronta-ronta menahan gelora! Tak perlu lagi merintih-rintih menahan perih! Tak perlu lagi menangis hanya untu mengemis dan mengais, belas kasihan!

Aku beeeebaaas! Merdekaaa!

Lalu, menitahkan diri untuk berbahagia! Untuk menang! Untuk tidak mengalah dan disalahkan lagi! Aku harus menang!

Dengan apa aku bahagia? Sementara aku, pada kenyataannya tetaplah tidak berdaya! Dengan jalan apa kuraih kemenangan? Sementara aku, pada kenyataannya selalu tertindas! Dengan jalan apa aku benar-benar merdeka?

Itu ... Mungkin takkan pernah terjawab! Entahlah!

Terkungkung aku dalam dilema, kian menggelombang dan berpusar menyeret diriku sendiri! Aku, dan emosi diri! Geram aku, mendekam dalam kubangan bernama dendam. Benci merambatiku, seperti akar pohondi tengah hutan yang membelitku, sekujur tubuh ... Sesak, terjerat (lagi). Mati, aku dalam emosi diri!

Hakakaka. Kutertawai diriku sendiri!

Cenil, untuk apa kau melepaskan diri dari tali dadung itu? Untuk apa kau lari tunggang langgang seperti tadi? Jika kini, kau hanya menjadi pengecut seperti ini? Hakakaka. Jangan, jangan! Jangan seperti ini! Kau, harus menang! Harus!

Merdekakan dirimu dan hidupmu, Cenil!

Bersambung

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: CMT (06)"

Posting Komentar