Bismillaah
Kincir Angin Pun Menari
A poetry By Sakura Sizuoka
Fatin ... Lihatlah, di kejauhan sana! Kebun-kebun terlelap damai dalam pelukan kasih malam pun pohon-pohon gundul terlihat tenteram di bawah naungan langit tanpa bintang
Seperti malam-malam yang telah berlalu, diriku terjaga dari mimpi panjang dan melelahkan itu, Fatin
Dimana, dalam mimpi itu aku tersetting dalam penantian yang teramat panjang, menanti, menanti dan menanti (lagi)!
Di bawah kincir angin rasaksa seperti yang kau janjikan untuk menjemputku kembali dan membawaku pergi dari dunia yang dipeluki fatamorgana belaka
Ya, fatamorgana yang menyesakkan dada, Fatin! Sungguh, itu sama persis dengan yan dulu kau ceritakan padaku, 2009 lalu!
Kau tahu? Di sini, arus kedhaliman, kemungkaran dan kemaksiatan semakin deras, Fatin deras sekali, mengalir mendesak menjebol bendungan-bendungan kokoh yang kusebut iman
Iman, Fatin! Sesuatu yang kau ajarkan padaku, tiada dapat diperjual belikan, tiada pula dapat dikadokan dan diwariskan. Iman, harta paling berharga dan istimewa bagi jiwa manusia!
Aku tidak betah, Fatin! Aku, tidak kuat lagi untuk berada di sini lebih lama lagi. Aku muak! Muaaak, Fatin!
Bilakah kau datang, Fatin? Aku sudah terlalu lama menunggu. Di sini, di bawah kincir angin terbesar di Mirenwijk, tempat kita belajar menghafal Al-Qur'an dulu, saat kau menjadi Guru Kecilku
Aku selalu di sini, Fatin! Menunggu dan menunggumu, Saljuku. Kuharap, tak lama lagi, kau akan datang menjemputku dan memenuhi semua janjimu padaku
Fatin ... Aku, sama sekali tak tersentuh arus deras itu tadi, tapi aku takut sekali! Membayangkannya pun aku sudah sangat takut, Fatin!
Allaah, Allaah, Allaah, lindungilah hamba-Mu yang tiada daya ini. Aamiin.
Fatin ... Lihatlah, jutaan kali kincir angin ini menari. Lala Dance? The Boom-boom Dance? Atau apakah itu namanya, Fatin? Kau ingat, kita dulu pernah berlarian mengelilinginya!
Puluhan kali, hingga terjatuh karena lelah dan kau ingat, Mama dan Mommy-mu tergelak bahagia meliaht kita seperti dua ekor anak kelinci yang begitu lincah berlari-lari
Sekarang, aku hanya bisa meresapi sepi, Fatin. Memandanginya dari kejauhan dan menikmati tarian indahnya sepanjang waktu! Tarian yang melarutkanku ke dalam kenangan indah kita
Fatin, sampai kapan pun, aku tetap akan bersetia menunggu, meski musim berganti hingga ribuan kali hitungannya,I'm waiting fo you!
Leiden, 14 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dia sudah tenang di surga Nohara. Doakan saja. By the way kok aku jadi ikut sedih ya?
BalasHapusHikaaa, @Alexandra,
BalasHapusIyeees, Alexandra. Thaaanks. Aamiin, Allaahumma aamiin. No, no. Don't be sad.