Senyum Manis Rindu

Bismillaah

Senyum Manis Rindu
A poetry by Sakura Sizuoka

Wajah anggunya menyembul dari setangkai bunga tulip merah yang kutanam di cerek bekas Mama di kebun kecilku
Wajah suci dengan lengkungan senyum manis di bibir merah naturalnya, menyuguhkan purnama
"Rindu?" Bibirku tergetar seirama dengan debaran lembut kalbu nan syahdu
Sementara jantungku sangat sibuk mendegupkan kelembutan tak kasat mata, menelusup hingga sel terkecil raga dan jiwa

Aku terkesiap. "Rindu?" Bisikku sedikit lebih keras dan kali ini kurasakan letupan-letupan kecil di dadaku, meyakinkanku ini meriam!
Jangan-jangan, aku memang tengah merindukannya? Kakak bersepatu cokelat dengan stelan jas dan celana blue donker, kemaja krem yang kalau dilihat dengan teliti tidak matching sama sekali itu?
Oooh, aku ingat! Arlojinya, menarik perhatianku cukup lama kemarin. Itu, arloji atau loyang sih? Besar sekali!
Kalau benar ini rindu, masalah baru bagiku! Aku tak tahu sama sekali dia itu siapa?

Boleh. Aku merutuki diriku sendiri? Yaaah, selama ini aku belum pernah melakukannya sih, tapi, bisa jadi ini rutukan pertama dan terakhir seumur hidupku!
Kamu, bodoh! Bisa-bisanya, menyembulkan rindu dari tangkai hatimu untuk anak manusia yang bahkan kamu hanya melihatnya dalam hitungan menit?
Coba bayangkan, andai dia itu sudah menikah dan anaknya sebelas! Atau, belum menikah tapi sudah bertunangan eh salah sudah melamar seorang wanita!
Atau, dia itu penculik! Psikopat yang mencari korban dan itu kamu!

Hakakaka. Thaaanks, lega setelah merutuki diriku sendiri!
Baru tahu, kalau merutuk itu bisa membuat lega dan menimbulkan sensai plong tanpa bolong-seperti iklan permen polo-loooh, sungguh!
Kalian mau merutuk juga? Jangan eh! Aku kan tadi darurat, dari pada meledak sia-sia
Jadi, mengapa selengkungan senyum manis itu masih di sana? Pada wajah rindu yang anggun mempesona! Aaah, entahlah!

Kurayapi wajah tulip merah itu inci demi inci
Indah ... Merekah merah! Terlihat sangat segar dan bahagia di bawah siraman matahari musim panas nan hangat bersahabat
Oooh, mungkin, gerepak hatiku itu tadi hanya semacam signal kalau aku ini masih hidup!
Anak manusia yang sangat normal dan bisa merasakan gelenyar rindu, meski ternyata sangat menyiksa! Bayangkan saja, aku harus senyum-senyum sendiri mengingatinya. Kakak bersepatu cokelat di Kantor Pos!

Sleedorntuin, 13 Juli 2013

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Senyum Manis Rindu"

Posting Komentar