Serial: Jannah Family

Bismillaah

---Air Mata Bapak---

Enam puluh menit berlalu. Pramugari mengumumkan, Garuda Indonesia Air Ways yang mereka tumpangi, dalam hitungan menit ke depan akan mendarat. Ia menghimbau kepada seluruh penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman. Tsun mengecek sabuk pengaman Puri yang tertidur di pundaknya. Alhamdulillaah, masih terpasang dengan baik. Dipandanginya wajah pucat Puri. Sungguh, rasa kasih menggelayuti jiwanya.

"Ya Allaah, semoga waktu mendarat nanti, Puri tidak muntah-muntah lagi. Aamiin. Sayang, baik-baik ya di rahim Ummi. Sebentar lagi kita akan mendarat," bisik Tsun lembut. Bisikan cinta yang terkemas dalam doa indah. Seindah daratan di bawah sana, yang tampak biru kehijauan. Yogyakarta.

'Ya Allaah, semoga Engkau memberikan kesembuhan untuk Bapak. Semalam aku lupa memberi tahu Bapak, kalau sebentar lagi, akan menjadi seorang Kakek. Bapak pasti bahagia, kalau tahu Puri tengah mengandung cucunya,' bincang hati Tsun. Tak terasa air matanya bergulir lembut dan menetesi pipi Puri. Karena, Puri terbangun. Bertepatan dengan mendaratnya pesawat.

Tak terelakkan lagi. Guncangan badan pesawat membuat Puri muntah-muntah. Ia merasa, ada mixer di dalam lambungnya.

Hueeeuk, hueeek, huuueeeek!

Dengan cekatan, Tsun membantu Puri. Menadahi muntahannya degan kantong plastik, membersihkan wajah Puri dengan tisu basah. Terakhir, dioleskannya Fresh Care aroma jeruk ke seputar lehernya.

"Maaas, pusiiing," rintih Puri sembari menyandarkan kepalanya di pundak Tsun.

"Iya, Dik. Sabar ya, Dik?," ucapnya menenangkan Puri. Mengusap-usap punggungnya dan meminta pengertian kepada Pramugari untuk tinggal sejenak di pesawat.

Perjalanan masih panjang. Mereka masih harus naik taxi selama lebih kurang dua jam untuk sampai di rumah Bapak. Sejujurnya, Tsun tidak tega. Naik pesawat saja, Puri muntah-muntah tidak karuan. Apalagi naik taxi? Eh. Siapa tahu malah tidak muntah? Tidak mabuk? Bismillaah.

Hatinya berkecamuk. Membayangkan tiga hari mendatang, Puri harus melakukan perjalanan panjang menuju Belanda seorang diri. Ya Allaah, sungguh tak terbayang. Namun, hatinya penuh iman menitipkan Puri dan Si Jabang Bayi pada Allaah Ta'ala. Semoga senantiasa dalam penjagaan-Nya.

***

"Alahmdulillaah, Le. Sampeyan udah pada dateng. Bapak kangen," ucap Bapak lemah sambil berbaring di tempat tidur. Tsun dan Puri baru saja sampai. Dengan santun dan penuh sayang, mereka mencium punggung tangan Bapak. Tsun merangkul Bapak sepenuh hati. Badan Bapak panas. Oooh, air mata tak bisa lagi ditahannya.

"Bapak ...," ucapnya tertahan. Hanya itu yang bisa diucapkan Tsun.

"Uwis. Nggak usah nangis. Bapak udah sembuh," Bapak berusaha bangun. Ingin duduk bersandar mungkin. "Endi Puri?" Mana Puri, tanya Bapak. Tsun menumpuk beberapa bantal agar Bapak nyaman bersandar.

"Iya, Pak," Puri menyahut.

Hueeek, hueeek, hueeek!

Tak bisa ditahannya lagi dan muntahannya mengenai tempat tidur Bapak. Wajahnya semakin pucat. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Puri lemas. Sangat! Bagaimana tidak? Sejak berangkat dari Jakarta sampai di rumah Bapak, muntah tak henti-henti.

"Lho, mabuk to Le, Puri?" Tanya Bapak dengan nada prihatin. Dahinya berkerut seperti memikirkan sesuatu.

"Nggih, Pak. Biasanya ya ndak mabuk. Mungkin karena ada Si Jabang Bayi, Pak," Tsun menjelaskan sambil membersihkan muntahan Puri. "Mau muntah lagi nggak, Dik? Mimik anget ya?"

"Tidak, Mas. Maaf ya, Maaas?"

"Lho, ya nggak usah minta maaf to Dik."

Bapak tersenyum lebar. Wajahya berbinar bahagia. Buliran bening kebahagiaan mengalir dari telaga bening di wajahnya. "Alhamdulillaah. Ayem Bapak, Le." Bahagia, Bapak Le. Lalu menangis sesenggukan sembari menutupi wajahnya. Di sela tangisnya terdengar, "Alhamdulillaah. Maturnuwun, Duh Gusti Allaah. Semoga ibu dan anaknya selalu Engkau lindungi. Saat melahirkan nanti, Engkau mudahkan. Lancar dan sehat selamat semuanya. Oalah, cucuku,"

---#---

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

  1. kunjungan perdana gan, mamvir ya

    BalasHapus
  2. @Khoirun Nick am,
    Allright, thanks :)

    BalasHapus