Sekantong Kentang Goreng

Bismillaah

Sekantong Kentang Goreng A true story of me

Whaaat? Astaghfirullaahaladhiim. Aku melihatnya tadi, dengan benar-benar melihat. Bukan hanya sekilas, tapi MELIHAT. Anak itu mengambilnya. Sekantong kentang goreng milik anak kecil (Sekitar dua tahun yang duduk di atas kereta bayinya) dan berlari dengan cepat menuju Spel Tuin? Aku berada di antrian sebelahnya. Persis. Ibu Si Anak itu sedang sibuk memesan, kudengar memesan spageti dan ayam goreng. Jadi, tidak begitu memperhatikan fakta anaknya kehilangan kentang gorengnya. Ditambah lagi, anak itu diam saja--tidak menangis--dan malah tertawa riang sewaktu kentang gorengnya diambil.

***

"Kenapa kau mencuri?" Tanyaku sewaktu sampai di Spel Tuin--Jadi dia di sini sungguhan dan sedang menikmati kentang goreng curiannya waktu aku sampai--dengan nada kesal. Sebisa mungkin aku menatap matanya yang tertutup poni.

"Aku lapar. Itu saja!"

"Lapar? Apa hubungannya dengan mencuri?"

"Yeeeaaah, kau juga akan melakukannya!"

"No!"

"Ya!"

"No!" Aku bersikukuh. Di sini, aku mulai marah.

"Ya! Jika kau kabur dari rumah dan orang tuamu sama sekali tak memperduilkanmu. Bahkan, mereka tidak mau tahu apakah kau masih hidup atau sudah mati!" Terangnya, penuh dengan kebencian. Amarahnya meluap-luap, bersama air matanya.

Oooh, hatiku menciut. Ciut. Nyaris mengkeret! "Jadi?"

"Jadi, sebenarnya aku tidak suka mencuri!" Ujarnya, lemah sembari menyeka air matanya dan pergi ....

Yaa Rabb. Siapa dia? Tinggal di mana? Benar kah dia kabur dari rumah? Benar kah semua yang dikatakannya? Kubawa semua tanya itu sampai berbulan-bulan lamanya. Ya, berbulan-bulan. Hingga suatu hari, di tengah hari tepatnya, aku mendengar Mama membaca koran yang mengabarkan anak itu tewas di tangan ayah kandungnya.

Jantungku rontok, terutama saat melihat fotonya yang terpampang besar di halaman depan koran. Benar, itu dia. Oooh, innalillaahi wainna ilaihi raji'uun.

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sekantong Kentang Goreng"

Posting Komentar