Sepucuk Nawala

Bismillaah

To: My Best Friend, Okinohara Di Belanda

Mungkin ketika surat ini sampai kepadamu, aku sudah tidak ada di dunia ini lagi. Jikapun masih mungkin aku bukan yang dulu lagi. Aku sudah hancur, Okinohara. Remuk. Berkeping-keping. Cinta telah menghancurkan semuanya. Jiwa dan ragaku.

Kami tidak jadi menikah, Okinohara. Jangan pernah berpikir kalau aku yang berkhianat. Bukan! Bukan sama sekali, Okino. Kamu tahu kan, aku bukan type pengkhianat dan pendusta? Aku type wanita setia yang teguh dengan pilihan hatinya? Meski itu harus meninggalkan kecewa di hati orang-orang yang menyayangiku, termasuk kamu. Ya, kamu yang jauh sebelum kami terlibat dalam hubungan yang terlalu jauh sudah mengingatkanku berkali-kali. Kamu yang sudah dengan sabar dan telaten mengingatkanku untuk tidak berpacaran. Memacari. Dipacari. Kamu ... Sahabat yang dengan tangguh menerima semua curahan hatiku dengan lapang dada. Merelakan bahumu untuk menjadi tempat bersandarku.

Tapi aku tetap bersikukuh untuk bersama Mas Saka yang akhirnya berkhianat. Dia meninggalkanku. Membuat cinta kami kandas di laut lepas. Tanpa memperdulikan aku sama sekali. Dia, bahkan pergi tanpa kesan dan pesan. Dia ... Jahannam itu telah menenggelamkanku ke dalam lautan hitam nan kelam.

Okinohara, perempuan itu bernama Farida. Lepas dari siapa dia, aku hanya tahu, Mas Saka dan Farida sudah berpacaran sejak lama. Kamu tahu, Okinohara? Satu yang membuatku sakit dan sangat terluka, mereka bahkan sudah bertunangan sejak setahun yang lalu. Aku sangat kecewa! Aku benci Mas Saka. Dia sanggup melakukan semua itu di belakangku. Tepat di saat kami merencanakan pernikahan. Dia terlihat sangat antusias saat menentukan tanggal pernikahan kami. Tentu dia juga sangat interest waktu kami merencanakan gaun pengantin yang akan kami kenakan nanti. Ini gila kan, Okinohara? Atau apa menurutmu?

Tahun depan menjadi pilihan yang tepat bagi kami untuk melengkungkan janur kuning di depan rumahku. Dia akan dengan gagah perkasa dan penuh cinta, menerima nikah dan kawinku. Halal di hadapan Rabb dan sah di mata Negara. Menjadi seorang Imam yang akan membimbingku menuju ridha Allah.

Tetapi, Okinohara, benar katamu! "Jangan pernah terperdaya oleh cinta dunia. Sebelum dia halal bagimu, dia belum milikmu. Cintanya masih semu. Dia bukan jodohmu. Bisa jadi dia itu setan yang berwujud manusia tampan. Menebarkan berjuta pesona cinta untukmu untuk menyesatkan dan menjerumuskanmu ke dalam jurang-jurang luka. Jiwa dan raga. Dunia dan akhirat. Jangan pernah menyesal, jika tak mendengarkanku..!"

Sekarang, aku pergi! Entah kemana ... Hanya ingin mencari ketenangan. Bagaimanapun, Mas Saka dan Farida, sebentar lagi akan menikah. Aku tahu, itu tidak akan lama lagi. Rela tidak rela, sangggup tidak sanggup ... Itulah kenyataan yang ada. Aku harus bisa menerima kenyataan. Mas Saka bukan untukku, Okinohara. Dia milik Farida!

Meski hanya ini, akan kupegang nasihatmu untuk yang terakhir kali. Aku tidak akan membunuh diriku sendiri. Aku akan tetap hidup! Bertahan! Berjuang! Sampai Allah menunjukkan kebenaran cinta sejati dari-Nya. Ya, melangkah dan terus melangkah meski jiwa dan raga berlumuran darah dan nanah.

Okinohara, tolong jaga rahasia ini. Hanya kamu, aku dan Allah yang tahu. Biarlah Mas Saka berbahagia..! Aku rela.

Dari aku, Namira Di Yogyakarta

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sepucuk Nawala"

Posting Komentar