Mug Beling Merah Bata

Bismillaah

Mug Beling Merah Bata A poetry by Sakura Sizuoka

Masih ingat kah dirimu? Saat kita minum teh berdua di kafe ini. Tidak benar-benar berdua sebenarnya, karena ada Mama-mama kita yang juga minum teh di meja yang berbeda. Mereka lebih memilih meja yang tertata sedikit tersembunyi di sudut kafe. Ummm, mungkin mereka menyukai meja itu, karena berada tepat di samping jendela kaca. Jadi, bisa leluasa memandangi kebun bunga di luar sana. Wooow, apalagi musim semi baru saja tiba, pasti luar biasa.

Tapi kita? Memilih meja yang tepat berada di tengah-tengah kafe. Itu, pilihanmu? Aaah, tentu saja pilihan kita. Hehe. Disadari atau tidak, terlalu banyak kesamaan di antara kita, Jessyca. Haha.

So, kita bingung memilih menu dan malah mencoret-coret kertas pesanan. Huplaaa, sepertinya kita perlu bantuan dan dengan sigap kau melambaikan tangan ke arah Mamamu. Haha.

"Yes, Jessyca. What's wrong?" Mamamu terlihat sedikit kesal.

"Sorry, Mama. Mama melupakan satu hal," kau membela diri dan aku hanya tersenyum-senyum geli di tempat dudukku. "Kami belum bisa menulis ...," bla, bla, bla.

The End

Mamamu tergelak membuat semua mata di kafe itu memperhatikannya? Aaah, benar-benar! Apakah ibu-ibu suka tergelak begitu saja? Kenapa tidak terkikik saja? Seperti kita, misalnya. Sambil menutupi mulut dengan tangan, jelasnya.

"Tante, Okino mau mug beling merah bata. Tidak dengan cangkir dari kafe ini," kataku dan jelas itu membuat Mamamu kesal kembali. Oh, apakah ibu-ibu lebih mudah kesal dari pada anak-anak? May be!

"Yeeeaaah, wait a minute. Pamela, look at your daughter! She wants Her mug!" Mamamu setengah berteriak kepada Mamaku yang terlihat sibuk menulis? Entahlah, Mamaku tengah mencoret-coret kertas ....

"Yes, She brings it!" Mamaku menjawab dengan yakin dan masalahnya adalah aku lupa membawanya turun dari mobil ....

Haha. Mug beling merah bata. Mug kesayangan sejak masih balita ....

Leiden, 25 Agustus 2015

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mug Beling Merah Bata"

Posting Komentar