Tunangan

What? Kirani bertunangan sama Pandu? Ini sih kelewatan! Do something, Aqila! Batinnya bergemuruh. Gadis manis yang sekaligus Aktifis ROHIS itu wajahnya memerah seketika sambil mengoffkan facebook dan berniat menemui Kirani di kantin. Biasanya, jam istirahat begini sahabatnya itu di sana. Sekedar minum es jeruk kesukaannya atau malah makan pagi karena tadi belum sempat sarapan di rumah.

Benar saja, Kirani tengah asyik mengobrol bersama Syifa dan Syahna di sudut sana. Tampak beberapa gelas yang sudah kosong di meja. Gelak tawa mereka terdengar mendominasi kantin. Aqila mendekat dengan perasaan berkecamuk namun diredamnya dengan muraja'ah.

"Assalamu'alaykum, semua,"

"Eh, elo, La. Sini duduk sini." Ucap Kirani riang setelah bersama yang lain menjawab salam Aqila.

"Afwan, aku mau ada perlu sama Kirani," Kata Aqila santun sambil menjajari Kirani.

"Oooh, oke. Yuk, Fa. Kita ke kelas sekarang. Duluan yaaa?" Syahna menggandengan tangan Syifa manja sambil melambaikan tangan dengan wajah ceria ke arah Kirani dan Aqila. Syifa mengikut dengan senyum manisnya yang khas.

"Kirani,"

"Iye, kenape?" Tanya Kirani dengan sedikit kaget melihat perubahan wajah Aqila. Ada apa ini? Apakah ... Jadi, Aqila sudah tahu?

"Aku mau tanya sedikit." Jawab Aqila sambil melirik arloji yang melingkar anggun di pergelangan tangan kanannya.

"Yeilah, La. Nanya aja lagi. Kenape bingung gitu sih lo?"

"Benar kalian sudah tunangan? Maksudku, kamu dan Pandu? Kamu tahu kan, Kirani? Dalam Islam tidak ada dan tidak diperbolehkan status bertunangan. Kalian ini anak ROHIS. Jadi, kenapa melakukan ini?"

"Yeee, masalah? Kan cuma di media. Kenyataannya kan enggak. Lo serius amat?"

"Ya iyalah serius, Kirani. Kamu tahu kan, di media sosial atau di mana saja semua amal kita akan dicatat oleh Allah. Allah Maha Mengawasi."

"Okeh, okeh, terus mau lo ape? Gue mesti putus sama Pandu? Lo mau tanggung jawab ape kalo ampe die kenape-nape? Mikir dong, La!"

"Innalillah ... Jadi, selama ini kalian pacaran? Taubat, Kirani. Taubat ..."

"Yeee, enak aja! Ngubernye aje ampe bejubun. Elo kalo ngomong pake otak dooong. Aaah, udah ah! Gue mau balik ke kelas!" Ujar Kirani gusar sementara Aqila tak membiarkan sahabatnya itu pergi. Digenggamnya lengan Kirani dengan kuat.

"Kirani, please. Dengerin aku. Bukan apa-apa. Aku hanya mau ngingetin kamu. Kamu ingat kan? Pesan Papi kamu?"

Kirani diam. Mengurungkan langkah dan kini matanya tepat bertatapan dengan Mata Aqila. Tiba-tiba bayangan wajah papinya berkelebatan. Senyumnya, yang selalu penuh harapan padanya. Tatapan matanya yang selalu penuh kepercayaan. Pesan-pesannya menggema dalam pendengarannya, nyaring. Kirani lemas. Wajahnya pucat berkeringat.

"Sayang, kamu baik-baik di sini ya? Belajar yang rajin ya? Ngaji juga bareng Aqila. Papi yakin, kamu bisa!" Ucap papinya mantap sebelum akhirnya meninggalkannya seorang diri bersama Aqila dan keluarganya.

"Aqila ... Papi,"

"Ya, Kirani. Kamu ingat kan? Apa tujuan papimu menitipkan kamu sama Abah? Agar kamu menjadi santri yang baik." Ucapnya sembari melepaskan genggamannya. Aqila merasa lega, setidaknya Allah telah memberikan kesadaran dalam hati Kirani, bahwa perbuatannya itu salah. Pacaran itu haram!

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Tunangan"

Posting Komentar