101 Cerita Mini Bidadari Cengeng

Ketika Cimot Pergi

Whaaat? Ini sih berita duka. Cimot nggak ada di kandangnya. Hatiku berdebar-debar nggak karuan apalagi waktu tahu pintu kandangnya terbuka. Aduuuh, pasti tadi pagi aku kelupaan nutupnya. Pencarian bermula. Dengan bantuan Mbak Wit dan ORBLAK (Orang Belakang) menelusuri seisi rumah. Bahkan sampai ke kebu belakang dan taman depan. Semuanya. Termasuk ke luar pagar. Tapi, hasilnya enol. Cimot belum juga ditemukan.

"Mbak Wit, Cimot dimana? Hikaaa, dia pasti lapar seharian belum makan." Rengekku sementara Mbak Wit dan yang lain masih intensif mencari Cimot.

"Sabar, Ndoro Putri. Pasti ketemu nanti." Hiburnya sambil mengusap punggung tanganku. Aku hanya bisa mengangguk lemas. Dalam hati aku sangat berharap Cimot segera ditemukan.

Malam menjelang, Sweety Cimot masih juga belum ditemukan. Sungguh, rasanya hatiku luluh lantak. Melalui malam tanpa suara cit, cit, cit lucu darinya.

*

"Baik, Bu. Terimakasih, saya segera ke sana." Kata Mbak Wit sambil menutup telepon.

"Ndoro Putri, Cimot ketemu. Bu Hani yang menemukan. Yuk, kita ambil yuk?" Ucapnya bersemangat. Kontan aku melonjak senang. Alhamdulillah, akhirnya Cimot ketemu juga.

Kami sudah sampai di rumah Bu Hani, tetangga sebelah rumah. Rasa penasaran membuatku berlari kecil memasuki halaman rumahnya.

"Eeeh, Oca. Sini, ini Cimot udah ketemu." Katanya datar. Aneh! Kenapa nada bicara begitu ya? Batinku. Pasti ada yang nggak beres. Pikirku.

Bu Hani mendekati kami sambil menjinjing kantong plastik hitam. Aku mengerenyitkan dahi. Cimot? Kenapa dibawa pakek kantong plastik? Ada apa dengannya? Hikaaa?

Mbak Wit menerima kantong plastik itu dan membukanya. Mendadak wajahnya pucat berkeringat. Sejenak lalu, Mbak Wit menatapku dengan tatapan miris.

"Ndor ... Ndoro Putri, Cimot. Ma ... Mati."

Whaaat? Innalillahi ... Sweety Cimot mati? Hikaaa. Hancur! Remuk! Oooh, Cimot, come back. Pulang, Cimooot.

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "101 Cerita Mini Bidadari Cengeng"

Posting Komentar