Hati Yang Terjilat Neraka

"Tatap mata Nira, Mas. Tak ada yang Nira sembunyikan dari Mas." Kataku setengah berbisik, nyaris tak terdengar oleh getaran
yang menyerupai Beep dalam Ringtone Option di HP-ku. Mati-matian aku menahan air mata yang berdesakan di pelupuknya. Seingatku, berusaha mati-matian pula untuk memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru agar tidak sesak nafas. Jujur, aku tak mau tiba-tiba nafasku sesak, lemas dan akhirnya pingsan dalam situasi genting seperti ini.

"Oke, oke. Aku tatap! Aku tahu mata kamu indah. Bulat dan bening. Sebening samudera. Sinarnya begitu teduh seperti mentari di senja hari. Tapi, tetap saja kebohongan itu membongkah di sana, Nira! Katakan padaku, siapa lelaki itu!" Ucap Mas Asmara dalam balutan murka. Aku terkesiap. Jadi, Mas Asmara benar-benar menyangka aku dan Nafas selingkuh. Ya, Allah ... Bagaimana ini? Padahal kami hanya berteman saja dan ini karena kami berada dalam satu proyek.

"Mas ... Tolong dengarkan Nira, Mas. Kami hanya berteman dalam proyek itu. Tidak lebih." Kataku terbata.

"Lalu, harus diantar dan dijemput olehnya? Harus sering bersama dia? Rapat, briving, meeting, menemui klien ... Apa lagi? Itu? Harus begitu?" Sanggahnya, masih dengan wajah memerah darah. Aku tahu Mas Asmara menahan amarah setelah tadi meluap tanpa kendali.

"Itu hanya resiko, Mas." Aku berusaha meluruhkan amarah yang telah tercipta dengan sempurna di antara kami.

"Resiko? Aku? Kamu nggak memikirkan bagaimana aku, Nira! Kamu nggak tahu bagaimana perasaanku saat kamu diantar jemput olehnya! Lalu sibuk dengannya di telepon, email, BBM ... Kamu pikir aku ini batu? Bukan, Nira. Aku manusia. Punya rasa. Meski aku tahu, aku tidak sesempurna ... Aaah, sudahlah! Terserah kamu, Nira! Terserah kamu!"

"Mas ... Mas." Ucapku sesenggukan. Aku tidak bisa menahannya lagi. Tangisku pecah saat memandangi Mas Asmara meninggalkanku bersama kursi rodanya. Aku mematung di tempatku. Entah apa yang membuatku begini. Biasanya, aku berlari menyusul Mas Asmara. Menghentikan tangannya yang dengan sekuat tenaga menjalankan kursi rodanya. Bersimpuh di depannya lalu mencari jalan keluar berdua.

Apa yang menghentikanku di sini?
Mematung dengan berurai air mata. Membiarkannya berlalu dalam segala perasaannya. Benarkah ini karena Nafas? Nafas yang telah menghadirkan angin sejuk di dalam ruangan yang panas dan pengap dalam hidupku? Hidup kami?

Aku tidak tahu.
Sungguh!

To be continued
@Nafas Dalam Asmaraku
A novel by Sakura Sizuoka

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Hati Yang Terjilat Neraka"

  1. Ditunggu ya novelnya? Saya suka karya-karya kamu terutama sajak-sajak kamu. Bahasanya keren. Unik.
    Teruslah berkarya!

    BalasHapus
  2. Thaaanks, Tante @Yumiko,:)

    BalasHapus