Jadwal Kuliah

Tangis khasnya memecah kesunyian. Membangunkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Saka pasti haus. Setelah memastikan popoknya kering, segera kurengkuh tubuh mungilnya dalam dekapan.
"Saka mau nenen ya? Bismillah." Kataku lembut. Rasanya menyusui Saka menjadi hal paling indah dalam hidup ini. Jadi, walaupun harus berkali-kali terjaga di sepanjang malam untuk menyusuinya, bagiku itu fantastik. Belum lagi harus menggantikan popoknya yang basah. Allah, bersama Saka semuanya menjadi brilian. Eh, ada yang ketinggalan. Bersama Kakang juga tentunya.

Memandangi wajahnya yang kini telah terlelap, membuatku serasa berada di taman surga. Belum lagi senyum bahagia di bibirnya, rasanya kantuk dan lelah langsung sirna. Perlahan kutidurkan Saka lagi. Menyelimutinya dan membangunkan Kakang. Saatnya qiyamul lail.

"Ada apa, Ndhuk? Saka kenapa?" Tanya Kakang panik. Aku tersenyum geli. Kakang suka begitu kalau kubangunkan. Panik dan berpikir terjadi apa-apa sama Saka.

"Saka nggak apa-apa, Kang. Sudah bobok, habis nenen." Kataku menjelaskan. Tampak kelegaan di wajahnya.

"Oooh, ya udah, Ndhuk."

"Shalat, Kang. Sudah jam tiga."

"Haaa? Jadi, Gendhuk belum tidur?" Tanya Kakang khawatir.

"Sudah, Kang. Kan, Saka minta nenen tadi. Sekalian nunggu jam tiga buat mbangunin Kakang."

"Makasih ya, Ndhuk. Minta maaf juga ya, Ndhuk?"

"Sama-sama, Kang. Emmm ... Minta maaf untuk apa, Kang?"

"Aku malah tidur. Bukannya mbantuin Gendhuk."

"Kaaang ... Nggak usah minta maaf ya? Kakang kan harus istirahat juga. Udah, shalat dulu gih! Entar terlambat lagi shalat Shubuh di Masjid." Terangku sambil melipat selimut dan merapikan tempat tidur. Sementara Kakang mencubit kecil pipiku yang membuatku menjerit lirih dan manja.

*

"Kang, tolong jagain Saka sebentar ya, Kang? Oca mau mandi."

"Oke, Ndhuk. Lha Saka bobok nggak?"

"Bobok, sih. Tapi tetep dijagain ya, Kang?" Pintaku lembut. Khawatir aja tiba-tiba Saka menangis. Menurut teori, kepercayaan anak terhadap orang tua itu harus dibangun dengan kuat sejak dini. Saat anak menangis, tidak perlu segera diangkat, dipangku atau digendong tapi orang tua harus menanggapinya dengan berbicara. Ini akan membangun persepsi anak, Ayah dan Bunda selalu ada untukku. Yaaa, aku dan Kakang jelas ingin membangun kepercayaan sekuat-kuatnya antara Saka dan kami. Bismillah.

"Saka ... Cup, cup, cup. Tunggu Bunda sebentar ya? Bunda lagi mandi. Oke, shalih?" Ucap Kakang waktu aku masuk ke kamar. Tangisnya kian pecah.

"Kenapa, Kang?"

"Mungkin haus, Ndhuk."

"Oooh, bentar ya, Sayang? Bunda pake baju dulu." Kataku tenang. Menurut teori juga, Bunda harus selalu tenang di saat anak menangis. Ini akan memberikan signal ketenangan di hati anak. tiba-tiba aku teringat sesuatu. Jadwal kuliahku diajukan jam delapan. Innalillah ... Tinggal dua puluh menit lagi. Padahal, Saka kalau nenen lama sekali.

"Kang, Oca lupa. Kuliah diajukan jam delapan. Gimana nih?" Ungkapku dengan nada serius.

"Haaa? Terus, Saka?" Tanya Kakang kaget bercampur bingung. Kami terdiam. Bersamaan memandangi wajah Saka yang mulai berhenti menangis.

"Nenen sebentar? Atau, nanti dikasih ASI yang difreezer aja ya, Kang? Berarti mesti dikeluarin sekarang. Biar nggak dingin banget nanti kalau Saka minta mimik." Kataku sambil menyiapkan diktat-diktat dan perlengkapan lain. Entah ini permintaan atau apa yang jelas, aku benar-benar tergesa-gesa. Kakang diam di tempatnya berdiri sambil mengusap-usap kepala Saka yang sudah tertidur lelap. Menyesal sekali dengan kejadian ini. Saka minta nenen dan aku sudah harus ke Kampus. Yaa Rabb ... Jahat sekali aku nih! Rutukku pada diri sendiri.

"Sssttt ... Udah, Gendhuk berangkat aja. Saka udah bobok. Nanti biar aku yang ngeluarin ASI-nya. Nanti Gendhuk terlambat."

"Maaf ya, Kang?" Ucapku sambil mencium punggung tangan Kakang dan segera berangkat setelah mengucap salam.

Allahuakbar ... Semoga, Engkau kuatkan lahir dan batin kami. Bimbing kami, Rabb. Didik kami. Berkahilah cinta dan kasih sayang kami ini, Rabb. Aamiin.

"Kakang, Saka. Pokoknya apapun yang terjadi ... Tetep I love you so much. Maafkan Oca, Kang. Maafkan Bunda, Saka. Semoga Allah meridhai kita. Aamiin." Do'aku di sepanjang jalan menuju Kampus.

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Jadwal Kuliah"

Posting Komentar