Kenangan Bersama Mexican Hexagara

da seorang teman di kampus bertanya, "Okino, boleh tahu tidak? Mengapa Tuhanmu selalu menyusahkanmu? Aku melihatmu sangat sibuk setiap waktu. Membaca firman-Nya. Menjaga tubuhmu. Menyembahnya beberapa kali sehari. Menahan haus dan lapar dengan segala perasaanmu yang kamu sebut puasa. Bangun di tengah malam. And then... Tidak bergaul dengan kaum pria. Apa kamu tidak tersiksa, Okino?"

Kami duduk berhadapan saat itu. Ruang membaca di perpustakaan memang sangat nyaman untuk membaca ataupun berdiskusi. Kurasakan angin musim gugur menerpa wajah dan mempermainkan kerudung yang kukenakan dengan lembut. Ada semacam desir yang berpotensi debar dalam dadaku. Tepat di saat kami saling menatap. Aku memutuskan untuk tersenyum ramah pada temanku itu.

Mexican. Ya, namanya Mexican. Dia begitu antusias menanyakan perihal agamaku. Islam. Penasaran yang begitu besar tampak menyelimuti wajahnya. Membentuk bibirnya menjadi seperti cucut ikan. Mata kucingnya menatapku tajam dan dalam. Kuselidiki dengan seksama, tidak ada nada penghinaan di sana.

Murni penasaran dan heran. "Mexican, benar ingin tahu?" Tanyaku kemudian. Aku mendapat jawaban ya dari anggukan kepalanya yang mantap.

"Oke, ikuti aku selama empat puluh hari. Bagaimana?"

"What? Empat puluh hari? Lama sekali, Okino..! Harus selama itukah?"

"Keberatan? Tidak usah dan itu artinya, kamu tidak akan mendapatkan jawabannya" Kataku terang. Mexican mengangkat bahunya dan akhirnya menyerengeh sambil mengatakan,

"Baiklah, baiklah. Empat puluh hari. Hemmm." Kudengar jelas gumamannya. Aku tertawa geli. Mexican, Mexican. Semoga Rabb memberimu hidayah Islam. Aamiin. I love you, Mexican.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kenangan Bersama Mexican Hexagara"

Posting Komentar