Roncean Monolog

Candu Rindu

Mas ... Maafkan aku. Sejujurnya dan sesungguhnya aku tak rela kehilanganmu, Mas. Tapi, waktu itu aku tak punya pilihan lain. Hanya itu satu-satunya yang harus kupilih, Mas. Namun percayalah, cinta ini tetap untukmu. Selamanya. Hingga ragaku tak bernyawa lagi, Mas.

Dimana aku bisa menemuimu, Mas? Untuk sekedar membuktikan bahwa cinta ini tak terjamah oleh kesemuan. Cinta ini murni adanya. Sungguh! Aku tahu, Mas ... Betapapun kata yang kutulis ini memenuhi dunia, takkan bisa meyakinkanmu akan kesuciannya. Karena aku telah menjadi miliknya. Bukan milikmu seperti cita-cita kita dulu.

Maafkan aku, Mas. Harus dengan jalan apa aku mendapatkan kata maaf itu, Mas? Tolong katakan. Agar aku menempuhnya, Mas. Setidaknya sebelum mati, aku masih sempat meminta maaf padamu atas kesalahan terbesarku itu, Mas. Please ... Tell me, now.

Kamu dimana, Mas? Kudengar kabar, kamu sudah menikah dengannya. Katanya dia jauh lebih baik daripada aku. Aku senang, Mas mendengar kabar itu. Senang sekali. Walaupun air mata ini merintik pilu, tapi jujur aku bahagia. Setidaknya kamu telah mendapatkan penggantiku. Semoga kebahagiaan itu kini dan selamanya selalu mewarnai hari-harimu.

Kenapa kamu melakukukannya, Mas? Kenapa kamu menceraikannya? Baru saja aku tertawa bahagia mendengar kabar pernikahanmu. Sekarang aku harus menangis karena cerita hidupmu yang bergumul duka.

Jujur, aku semakin merasa bersalah. Andai dulu itu aku tak meninggalkanmu, Mas. Mungkin saat ini kita telah hidup bersama dan berbahagia. Tapi, Mas. Itu satu-satunya jalan bagiku untuk menyelamatkan harga diriku yang telah direnggutnya.

Maafkan diriku, cinta. Aku mencintaimu. Selamanya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Roncean Monolog"

Posting Komentar