Karena Aku Mencintaimu

Bismillaah

Karena Aku Mencintaimu, Fillaah

A story by Sakura Sizuoka

Alhamdulillaah, yippieee! Nananunananana, Kak Navies ngajak ketemuan. Seruuu tralala! Happy hoera membahana. Akhirnya, ketemu juga! Eh, dimana tadi ya? Di kantin, perpustakaan atau laboratirum? Duuuh, kenapa aku bisa lupa begini sih? Ini sih, gara-gara perasaanku yang terlalu melambung ke angkasa. Melayang-layang di ruang hampa. Sebentar, aku harus baca pesan Kak Navies lagi. Hihihi. Bakalan malu banget kan kalau sampai salah tempat. Sama dengan salah kostum kan, malunya. Ih, enggak banget deeeh!

Nuha merogoh tas sekolahnya, mencari-cari Bebe tercinta. Dengan wajah berbinar di-search-nya pesan Kak Navies semalam. Sesaat berlalu, kini Nuha menjadi uring-uringan sendiri. Pesan Kak Navies sudah terhapus! Merana. Masalahnya, Kak Navies kalau pagi begini tidak bisa membalas pesan. Eh, maksudnya sudah sibuk sekali dengan segudang aktifitasnya. Duuuh, gimana ya? Tanya hatinya gelisah. Nah, ide yang bagus! Lonjak hatinya.

Tuuut ... Tuuut ... Tuuut!

Yippieee, connected!

Kak, please dooong, diangkat! Pleaseee, ini Nuha, Kak. Darurat nih, Kak. Nuha lupa, dimana kita mau ketemuannya. Hikz hikz hikz. Hatinya merengek-rengek, khawatir karena teleponnya tidak juga diangkat. Dengan kecemasan yang semakin intens, Nuha menekan lagi nomer HP Kak Navies. Kali ini, sukses! Langsung diangkat.

"Wa'alaykumussalam, Kak Navies?"

"Iya, Nuha. Kakak lagi ngajar nih, di kelas. Nanti ya?"

"Iya, Kak. Nuha ngerti. Nuha cuma mau nanya, kita nanti ketemunya di mana?"

Terdengar suara bergemerosak, menyamarkan suara Kak Navies. Jadi, Nuha tidak bisa mendengar dengan jelas.

"Ya udah ya, Nuha. Maaf ya?"

Klek! Putus! Dan, Nuha menjadi semakin uring-uringan. Yaaah, percuma juga nelepon! Dimana ketemunya? Nggak jelas banget siiih? Kenapa juga jaringan mesti error sepagi ini sih? Hikz hikz hikz.

PING!!!

PING!!!

PING!!!

Kata Om Iwan Fals, PING!!!lah aku tiga kali ... Tetap saja enggak dibalas? Woooiii, tadi itu, Kak Navies bilang ketemuannya di mana siiih? Huaaa! Dengan gusar, Nuha memasukkan Bebe tercintanya ke dalam tas. Nuha tidak tahu, Kak Navies mengirimkan pesan di sana. Pesan terakhir. Yaaa, pesan terakhir, karena setelah ini, Kak Navies tidak akan pernah lagi menghubunginya. Tidak akan pernah lagi meneleponnya atau menerima telepon darinya. Kenapa? Ada apa? Hanya Allaah dan Kak Navies yang tahu. Semoga menjadi jalan kebaikan. Aamiin.

***

Nuha menunggu Kak Navies di perpustakaan. Dipilihnya bangku yang paling dekat dengan pintu masuk. Harapannya, ketika Kak Navies datang nanti, bisa langsung melihatnya. Kak Navies. Siapa sih yang tidak kenal Kak Navies. Asisten dosen yang smart, handsome dan eheeem, shalihnya itu lhooo. Memikat!

Bagi Nuha, bisa menjadi yang terdekat dengan Kak Navies itu anugerah terindah. Betapa tidak? Banyak lhooo teman-temannya yang bergamis panjang, berkerudung lebar, manis, cantik, aktifis kampus lagi! Tapi, tidak tahu kenapa Kak Navies malah memilihnya. Sampai sekarang juga Kak Navies tidak memberitahunya kenapa. Kak Navies hanya pernah bilang di telepon dulu, dulu sekali, "Allaah yang memilihkan, Nuha. Kakak juga tidak tahu," begitu. Jujur saja, Nuha sangat bahagia. Karena sejujurnya, Nuha sudah jatuh cinta sama Kak Navies sejak pertama kali mereka bersama di Mata Kuliah Kriminologi. Maksudnya, Kak Navies mengajar di kelasnya. Nuha sangat tekesan dengan cara mengajar Kak Navies yang memegang teguh prinsip komunikasi dua arah. Jadi, tidak hanya dosen yang berbicara sementara mahasiswanya ngantuk, mimpi entah kemana. Kak Navies, mampu membuat kelas menjadi hidup. Semua menjadi antusias mengikuti Mata Kuliah. Bahkan, akan sangat kecewa kalau jam-nya habis. Hehe.

Kak Navies tidak banyak menggombal. Pesan-pesannya singkat, padat dan berisi.

Sudah shalat, Nuha?

Tilawahnya berapa Juz?

Shaum?

Semalam Qiyamul Lail?

Sudah sampai di mana menghapalnya?

Rajin belajar ya?

Rajin ngaji ya?

Ada seminar keputrian. Nuha mau didaftarkan?

Ada pesantren sehari. Nuha mau ikut?

Yaaah, gitu-gitu. Intinya, tidak ada pesan yang nadanya pacaranlah. Jangankan kata I love you, kata Nuha, I miss you, Nuha you're my angel tidak ada sama sekali. Ya, tentu saja Nuha merasa sangat nyaman. Kak Navies sangat dekat dan memberinya banyak manfaat. Terusnya, di setiap pesannya, Kak Navies mensupport Nuha untuk istiqamah dalam beribadah kepada Allaah. Menutup aurat, mengaji dan belajar yang baik. Fokus dan serius. Karena itu bentuk ketaqwaan kepada Allaah. Nuha tergerak hatinya. Dari yang tadinya berkerudung minimalis, sekarang sudah hampir maksimal. Hampir, artinya tidak lagi berpakaian ketat dan tidak lagi berdandan. Tidak menggunakan parfum dan meminimalkan diri jalan-jalan di luar kost atau kampus. Adanya, Nuha menjadi rajin belajar dan beribadah. Eh, tapi bukan karena Kak Navies saja lho. Karena Allaah itu yang utama.

"Ummm, mana ya, Kak Navies? Kok lama? Sudah selesai ngajar kan harusnya?" Nuha bertanya pada dirinya sendiri. Ia jadi ingat, ini pertemuan berdua pertamanya dengan Kak Navies. Dengan bunyi jantung yang deg, deg, deg sangat jelas, Nuha membetulkan letak kerudungnya. Memastikan mukanya bersih, tidak ada tahi mata, tidak ada debu atau ingus sehubungan dengan dirinya sedang terserang flu berat. Pokoknya, memastikan dirinya cling!

Lima belas menit. Nuha kesal. "Bukannya Kak Navies itu orangnya OT ya? On Time, maksudnya? Ada apa ya? Kok lama? Tapi bener deeeh, tadi aku denger di perpustakaan kok. Iiih, gara-gara network sih! Jadi gini kan?" Nuha merogoh Bebe tercintanya dengan kesal. Niat hati, ingin menelepon Kak Navies. Memastikan, di mana mereka mau bertemu.

Plaaas!!!

Nyawanya terasa tercabut dan kini jasadnya terbujur kaku di pembaringan.

Nuha gemetar. Kak Navieees? Kenapa? Ada apa?

Matanya berkaca-kaca. Buliran bening nyaris bertumpahan. Dengan hati yang dikuat-kuatkan, Nuha membaca pesan Kak Navies. 07.30 WIB. Itu artinya, pesan diterima sepuluh detik setelah ia mem-PING!!!nya tadi. Dan kini, air matanya membanjir. Banjir. Di hatinya, Kak Navies menjadi sangat kejam! Jahat! Monster yang sangat menakutkan!

Jaaahaaat ...!

Teriak hatinya dan Nuha memutuskan untuk segera pulang ke kost. Hatinya remuk. Menjadi abu. Abu gosok pun masih belum seberapa jika dibandingkan dengan hatinya. Hancur lebur!

***

"Maafkan Kakak, Nuha. Semua, karena Kakak mencintaimu karena Allaah. Semoga Allaah menjadikanmu sebaik-baik Bidadari Surga." Aamiin. Kak Navies masih bersimpuh di samping pusara Nuha. Air matanya berjatuhan. Air mata duka. Sebab, jauh di lubuk hatinya, telah bersemayam cinta yang begitu besar untuk Nuha. Cinta yang tulus karena Allaah.

Namun, Kak Navies sadar, apa pun namanya, tetap saja Allaah tidak menyukainya. Berdekatan, pacaran, bekalan apa pun, Allaah tidak suka. Jadi, Kak Navies hanya harus melakukannya. "Meninggalkan" Nuha untuk sama-sama memperbaiki diri. Kak Navies sama sekali tidak menyangka, suara Nuha di telepon pagi itu, adalah suara terakhir Nuha yang didengarnya. Kak Navies juga tidak menyangka sama sekali, Nuha akan menghadap Rabb secepat ini. Berarti, pesan itu pesan terakhirnya. Pesan yang mungkin sangat menyakiti Nuha. Membuat Nuha terluka. Hingga, Allaah mentakdirkannya kecelakaan. Motornya tersenggol truck yang berjalan dengan kecepatan tinggi. Nuha terpental jauh dari motornya dan terjatuh di atas trotoar ....

"Maaf, Nuha. Kakak tidak bermaksud membuatmu menjadi celaka. Kakak sedih. Namun, semoga ini adalah jalan terbaik di hadapan Rabb," bisiknya lirih di sela isak tangisnya.

Kak Navies berdiri. Gontai, melangkah menjauh. Meninggalkan pusara Nuha. Ia berjanji, tidak akan pernah mengulangi kesalahannya lagi. Kelak, ia hanya akan mengkhitbah wanita yang Allaah kirimkan untuknya lalu menikahinya. Tidak akan lagi berdekatan seperti di masa silamnya bersama Nuha. Tidak akan! Bismillaah ....

---#---

Postingan terkait:

7 Tanggapan untuk "Karena Aku Mencintaimu"

  1. Pesan Terakhir.
    heemmm.... Sayang sekali maksud dari pesan Kak Navies agak kurang jelas.

    BalasHapus
  2. @Djacka Artub,
    Thaaanks,

    Sakura menyiratkan pesan Kak Navies dalam monolognya di makam Nuha:)

    Any way, thaaanks untuk krisannya:)

    BalasHapus
  3. Sbagai manusia biasa, Navies pasti sedih kecewa dan menyesal..tp apa daya Allah lebih menyayangi Nuha

    BalasHapus
  4. Nggak nyangka kalo Nuha wafat dg membawa rasa kecewanya pada Kak Navies. Tapi dua2nya kasian sih. Kak Navies jg kecewa sama dirinya sendiri yg membuat Nuha sedih sampai nggak konsen naik motornya yg akhirnya membuatnya kecelakaan.

    BalasHapus
  5. @riniwp,
    :) Allaah menyayangi keduanya:)

    Bismillaah

    BalasHapus
  6. @XXNiSAXF,
    :) Iyeees,:)

    Semoga cerita sederhana dan bersahaja ini, bermanfaat bagi semua:) aamiin :)

    BalasHapus