Kepada Ukhtiy Berkerudung Lebar Di Indonesia

Bismillaah

Assalamu'alaykum, Ukhtiy

Alhamdulillaah ... Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad ... Semoga Rabb senantiasa menjaga. Aamiin.

Ukhtiy,

Alahmdulillaah, Imanshine sudah berdiri tegak di Leiden. Kau ingat rumah pohon yang kuceritakan dulu? Nah, Imanshine kami dirikan di samping kanannya. Di sebelah kiri garasi sepeda. Semoga Allaah memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kami untuk menjalankan amanah mulia ini. Aamiin.

Bagaimana dengan dirimu, Ukhty? Masih di Rumah Tahfidz? Sudah sampai Juz berapa? Aku menantikan kabar bahagia darimu, dan saat itu aku terima, kau telah menjadi Hafidzah 30 Juz. Aamiin. Salamku untuk Ustadzah dan semua akhwat di sana ya? Katakan, aku rindu. Semoga, Allaah mempertemukan kita dalam kebaikan, suatu hari nanti. Aamiin.

Apakah kini dirimu telah berniqab? Ah, aku jadi rindu tasmi' bersamamu. Dimana, kau membacakan untukku tarjamah Ayat-ayat yang kubaca. Aku, rindu, saat-saat indah itu.

Tidur satu kasur berdua

Makan sepiring berdua

Lalu, kita bersama dalam suka dan duka

Rasanya, ingin sekali mengulang kembali saat-saat yang penuh kebahagiaan itu, Ukhtiy. Dimana bersepeda berboncengan atau berjalan kaki beriringin dengan salah seorang di antara kita menuntun sepeda, itu kebahagiaan nyata. Lalu, kita akan terkapar tak berdaya bersama-sama di Kamar Maryam. Oh, rasanya benar-benar mengharukan.

Ya, semoga dari semua itu, Allaah taburkan hikmah-Nyaaa ya, Ukhtiy. Aamiin.

Kiranya, cukup sekian dariku pagi ini, Ukhtiy. Senin yang dingin. Dari semalam, angin bertiup sangat kencang. Menggugurkan daun-daun. Musim gugur yang indah. Hingga daun-daun mapel dan kers masuk ke kamarku.

Semoga Allaah senantiasa mengeratkan tali ukhuwah ini. Aamiin. Jazakillaaha khayra, wassalamu'alaykum warrahmatullaahi wabaarakaatuh.

Love,

Sebutir Debu Semesta

Tweet

Postingan terkait:

Ditulis Sakura Sizuoka — Minggu, 25 Oktober 2015 — 2 Comments — Roncean Monolog