Kukatakan Padanya ....

Bismillaah

Salju,

Semalam Kak Soca menelepon. Banyak hal yang disampaikannya padaku. Salah satunya, tentang karyanya yang katanya sedang membeku. Kaku. Katanya, tintanya kering. Tak setetes pun mencair. Tak setetes pun, Salju! Kau bisa membayangkan, betapa sedih hatinya dan betapa itu sangat buruk! Aku dapat merasakan itu. Dengan kedalaman hati dan rasa sayangku padanya.

Kak Soca juga menceritakan tentang semua rencananya untuk menerbitkan buku yang dulu itu. Semua berantakan. Katanya, seperti gudang yang sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan. Oooh, ungkapan yang mendalam. Kesedihan, tentu saja! Aku dapa merasakannya juga. Suaranya tersendat-sendat dan berat. Saat kutanyakan kenapa dan bagaimana itu bisa terjadi, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Setidaknya, aku memang tak mendengar Kak Soca mengucapkan sepatah kata pun. Ah, itu buruk! Aku jadi sedih.

"Kak?" Tanyaku, setelah sekian detik lamanya sambungan telepon tergantung.

"Ya, Dik," suaranya masih berat. Lebih berat, bahkan.

"Kakak tidak perlu bersedih hati. Semua bisa diatasi," kataku, hati-hati. Aku memang selalu hati-hati jika berbicara dengannya. Aku sangat mengerti bagaimana Kak Soca. Terkadang sangat sensitif sekali. Terutama yang berkaitan dengan suasana hidupnya.

"Emmm, iya Dik. Kakak ndak sedih kok," ucapnya tersendat. Laaah, aku jadi sedih sekali. Jadi bingung harus bagaimana.

"Ummm, boleh tidak mengatakan sesuatu? Untuk Kakak, maksud Nohara," kataku di detik berikutnya.

"Tentu, Dik. Kakak sangat menantikan itu. Kakak sangat membutuhkan kata-katamu," katanya dengan nada lebih ringan. Aku bergeming. Menghela napas panjang dan pelan. Hingga sambungan telepon menjadi sunyi. Kudengar suara kresek-kresek yang sangat samar. "Dik?" Suara Kak Soca mengejutkanku.

Segera kukatakan padanya, "Kak, Kakak tahu tidak?"

"Apa itu, Dik?"

"Setiap kita ini hanyalah hamba. Hamba Allaah yang tak berdaya. Hamba Allaah yang tak punya apa-apa. Tak ada satu pun di dunia ini, yang berstatus milik kita, Kak. Semua milik Allaah. Termasuk tinta Kakak. Termasuk pena Kakak. Termasuk karya Kakak. Semua itu milik Allaah. Jika Kakak merasa itu kaku, beku, kering, Kakak pasrahkan saja semuanya kepada Allaah. Kakak serahkan saja semua itu kepada-Nya. Karena semua itu milik-Nya. Allaah yang berhak membuatnya menjadi kering atau cair. Allaa yang berhak merubahnya menjadi karya ...," ungkapku perlahan namun dengan nada tegas. Kudengar isak tangis di seberang sana. Kak Soca menangis? Entahlah! Aku tidak tahu, Salju. Sambungan terputus dan Kak Soca tidak menelepon lagi.

Salju,

Semoga Kak Soca senantiasa dalam penjagaan Allaah. Diberikan kemudahan dan kekuatan. Semoga semua usahanya diridhai Allaah. Aamiin.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kukatakan Padanya ...."

Posting Komentar