Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

Bismillaah

---Puri Dan Impian-impiannya---

Tsun baru saja pulang kerja. Rumah kontrakan terasa sunyi. Tidak biasanya sesunyi ini. Tunggu dulu, ada yang berbeda. Biasanya, Puri sudah menyambutnya dengan wajah berseri di depan pintu. Mencium punggung tangannya dan membawakan tas kerjanya. Kemana Puri? Sedang apa?

Tsun mengetuk pintu sembari mengucap salam.

"Wa'alaykumussalam, Mas." Terdengar suara Puri setengah berteriak dari dalam. Kok suaranya jauh? Puri di kamar ya? Oh, banyak PR mungkin. Menjelang ujian begini biasanya banyak tugas dari kampusnya.

Tsun membuka pintu dengan perasaan sunyinya tadi. "Dik?"

"Iya, Mas. Masuk, Mas." Puri masih di kamar? Makin penasaran saja Tsun dibuatnya.

"Lagi apa sih, Dik?" Tsun menjajari Puri duduk di kursi belajar dengan perasaan lemas. Ada yang kurang. "Mas kangen nih." Tsun mengusap rambut Puri. Mesra.

"Iya, Mas. Maaf. Sebentar ya, Mas?" Puri tetap dengan kesibukannya dan itu membuat hati Tsun mencelos dengan sukses.

"Oh, iyaaah." Tsun mencium ubun-ubun Puri sepenuh cinta. Mungkin, beginilah hidup. Tidak selalu seindah yang dibayangkan. "Belajar yang rajin ya, Dik? Mas mau mandi dulu." Tsun bertambah lemas. Sekali-kalinya pulang sore malah diceukin. Emang enak?

***

"Maaas," Puri merajuk di depan pintu kamar mandi. Yaaah, tadi di kamar cuek. Giliran lagi mandi merajuk. Emang begitu kali ya, wanita hamil. Susah dimengerti. "Maaas," rajuknya lagi.

"Iyaaah, Diiik." Tsun setengah jengkel. Ada apa sih? Tahu lagi mandi? "Bentar."

"Emoooh, maunya cepet. Hiiik." Yaaah, pakek hiiik. Itu bahaya. Bisa-bisa sampai nanti merajuknya hehe. "Maaas, cepetaaan mandinyaaa." Nah kan?

"Iyaaah, bentar." Tsun membalut tubuhnya dengan handuk. "Nih udah selesai."

"Iiih, Mas sukaaanyaaa laaamaaa." Puri kian merajuk. Perutnya yang semakin membesar terlihat bergerak-gerak. Si Baby sedang menendang-nendang mungkin. "Maaas?"

"Iiiyaaah, Sahlihah-nya, Mas. Ada apa?" Tsun menjadi gemas. Jengkelnya yang setengah tadi sudah hilang dan diganti dengan gemas seratus persen. Apa lagi setelah melihat Puri dengan kuncir ekor kudanya wajahnya sudah memerah. Malu, manja. Duh, anggunnya.

"Puri mau ini." Puri menunjukkan lukisannya. Oh, tadi itu sibuk melukis to? Apa itu? "Boleh ya, Mas?"

Tsun mencuil pucuk hidung Puri. Gemas. Mesra. "Iyah, boleh. Tapi nabung dulu yah, Dik?" Tsun cekikikan.

"Yaaah, Mas malah gitu." Puri tambah merajuk. Mata sipitnya terlihat bening dan indah. "Aamiin-kan dong, Maaas."

"Iyaaah. Aamiin. Nanti kita pergi haji berdua. Oke?" Tsun mengecup kening Puri sepenuh cinta.

Yang dicium menjadi tersipu malu.

"Hihihi. Salim dulu, Mas. Tadi belum."

Puri mencium punggung tangan Tsun. Mesra. Sontak, gelak tawa bagaia pun berderai. "Lovely Sweety Tea-nya mana niiih?" Tsun memprotes ....

---#---

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"

Posting Komentar